Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Sabtu, 26 Oktober 2019

Improvisasi Rasa

Ini bukan soal retorika yang perlu di persoalkan, lebih muda, lebih tua atau setara, ini tentang keseimbangan hidup dan dapat berjalan seiring sejalan, meski berbeda pandangan atau ideologi, di mana tidak memiliki ukuran buruk atau bagus, melainkan bisa sampai pada pemahaman saling bisa menjadi vitamin pendorong, bukan lantas saling mematahkan semangat.

Orang lain kadang bisa menjadi keluarga daripada keluarga sendiri, di mana bisa memahami dengan hati, karena isi kepala setiap orang tidak sama, dan senantiasa saling mencari perbedaannya, bukan kesamaannya, saling membenturkan isi kepala dengan argumentasi yang ingin menang sendiri, dealektika yang memaksakan kehendak,  pembunuhan karakter, saling menyerang tubuh, tidak mengarah pada persoalannya.

Jika saja manusia bisa saling menekan egonya, mau bercermin sebelum menilai orang lain, mau mengkur diri sebelum menakar kapasitas orang lain, tidak mendewakan moodnya, tidak memaksakan kehendak personaliti, maka akan melahirkan kedamaian di fikiran, menumbuhkan ketentraman di hati, meluruskan posisi, melanggengkan kenyamanan untuk selalu berdampingan. Dan cinta kasih yang tidak terlepaskan.

Tentang suka duka bersama, saling  menspirit, mendoakan, mengisi dan melengkapi satu sama lain, berucap kata terbuka tanpa tertutup-tutupi, ringan tanpa beban, lepas tak terbatas tanpa berprasangka ini ideal atau tidak pas. Karena menarik senjata dari sarungnya itu tidak penting, melainkan yang terpenting adalah tujuannya menarik senjata dari sarungnya itu apa.

Seseorang yang mampu melahirkan kenyamanan, ketika dunia begitu garang ia menjadi tempatmu untuk berlindung, ketika langit menurunkan hujan lebat, ia menjadi tempatmu untuk berteduh, ketika angin melepas dingin, ia menjadi tempat penghangat, ketika perasaanmu berserakan, ia menjadi tempatmu untuk mengumpulkan senyuman dan menjadi penawar luka. Karena mawar itu indah bunganya, tapi memiliki pohon yang berduri, di mana setiap keindahan harus di ambil dengan perjuangan yang tidak mudah, itu yang perlu di imani.

Iman adalah karunia terbesar dalam hidup manusia, yang dapat mewujudkan sabar dan berupaya meski sukar, menerima apa adanya meskipun kita seadanya, wajah tak rupawan, kantong pas-pasan dan masa depan yang belum terang, tapi kebersamaan yang tercipta adalah sesuatu yang yakin harus kita perjuangkan. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin, selalu ada ribuan kemungkinan dalam perjuangan, salah satu kemungkinan terbesar ketika belum saatnya berjalan adalah bertahan, hanya dengan membiasakan dalam menempa daya bertahan akan membuat seseorang akan bertumbuh semakin kuat.

Masa lalu yang tidak perlu di gali-gali, di ungkit-ungkit, di kontradiksi dan di pertanyakan lagi, karena kita menyadari itu adalah pelajaran, alat bercermin, dan alat mengukur diri, wawasan dan juga pengalaman yang membentuk dirinya sekarang. Bahkan hingga di kemudian hari, tidak ada hukum tetap di muka bumu ini, setiap yang benderang akan kembali gelap, atau sebaliknya, semestinya seorang yang di bawah bisa naik dengan memilih jalan yang benar, begitu juga seorang yang di atas, bisa turun dengan memilih jalan yang benar, jangan sampai tersungkur dari ketinggian.

Keterbatasan, kekurangan dan kelemahan masing-masing adalah tugas bersama untuk saling menerima, mengindahkan satu sama lain agar selalu tercipta keindahan bersama, dan memperbaiki apa yang belum baik agar lebih baik lagi. Jika sudah baik, maka mempertahankan agar tetap baik, di mana daya bertahan adalah kunci dalam menjatuhkan lawan, bukan sebaliknya mudah patah dan tersungkur dari ketinggian, atau melemah dalam keterbatasan, merintih dalam penyesalan, meratap dalam kemiskinan, menangis sejadi-jadinya hanya karena patah hati, tidak ada yang bisa menolong diri seseorang kecuali dirinya sendiri.

Tentang ia yang kita sayangi tulus sampai nafas terakhir menjadi imam atau makmum, membuat kita bangga lagi bahagia menjadi ayah atau ibu dari anak-anaknya, membuat kita bangga sebagai seorang sahabat, sampai kakek nenek saling percaya, setia hidup bersama hingga selama-lamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar