Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Senin, 14 Oktober 2019

Gelembung-Gelembung Cinta

Sebuah proses dari tubuh penuh cinta, separuh cinta atau sama sekali tiada cinta, di mana cinta yang berada di dalam tubuh berasal dari gelembung-gelembung cinta yang terpanggil dari alam semesta, atau aksi reaksi dari hati ke hati, di mana satu mengetuk pintu lalu satunya lagi membukakan pintu itu, dan mempersilahkan masuk untuk duduk bersama, berbincang-bincang dengan berusaha membangun komunikasi efektif, meski awalnya agak segan, malu dan tidak percaya diri, sebab terlalu banyak membanyangkan dan kurang esekusi.

Tapi, cinta tetaplah cinta, dia tidak bisa memungkiri apa yang tersimpan dalam hati, tidak bisa berpaling dari apa yang mengusik hati, tidak bisa lari menjauh dari kenyataan yang harus di hadapi, cinta akan membersamai jiwa pengecut, meski menciut dalam menghadapi banyangannya sendiri, cinta akan mendorong jiwa pengecut menjelma pemberani, berani mengatakan apa yang tersimpan dalam hati, apapun yang terjadi, meski tidak sesuai harapan atau berbading terbalik dari persiapan.

Seseorang akan berani ketika telah terjepit, tidak tahu apa lagi yang harus di lakukan, meskipun telah kehilangan apapun, jangan pernah kehilangan iman, sebab itulah satu-satunya harta yang harus senantiasa di simpan, jangan sampai menggadaikan iman demi dunia, atau menginginkan dunia dengan harus kehilangan iman, sebab meski iman sederhana tapi raksasa, meski iman bukan apa-apa melainkan tanpa iman telah kehilangan segalanya.

Di mana hati yang baik akan tetap baik, sekalipun keadaan tidak mendukung dan tidak memperoleh dukungan dari waktu, meski jarak adalah sebuh problematik tersendiri, tetap tidak ada yang lebih baik dari keberanian dan kesungguhan, jikalaupun soal-soal tidak bisa di selesaikan secara dini, maka seiring waktu semua soal-soal itu akan terjawab, tidak ada yang lebih mengagumkan dari waktu, sebab waktu tidak pernah peduli apa yang terjadi, atau malah sebaliknya akan memperoleh kepedulian dari seiring berjalannya waktu itu sendiri.

Cinta dalam kenyataan bukan adaptasi film, melainkan tumbuh secara alami, di mana perlu kejujuran hati untuk menampilkan ke permukaan, tanpa ada lagi kebohongan yang di sembunyikan, atau menyimpan terus keraguan, menggengam terus kekhawatiran, mempertahankan terus kepengecutan, mengerami terus bayangan yang belum tentu terjadi, jangan berharap lebih jika belum melakukan lebih, sebab hanya pemberian lebih yang akan memperoleh pengembalian lebih.

Meski cinta pernah menoreh luka, meski perjuangan tidak di hargai, meski memperoleh penolakan yang mengejami, pengorbanan di acuhkan, kepercayaan di hianati, dan harus menanggung semua beban sendiri, cinta akan tetap menjadi cinta, tidak berubah menjadi apapun terkecuali cinta, tidak membalas kejahatan terkecuali cinta, tidak menaruh kebencian yang berlebihan terkecuali cinta, dan tetap bersikap ada adanya, sebab tidak ada karunia dalam kebencian, tidak ada hikmah yang mendalam dalam dendam, dan tidak ada kebaikan dalam kedengkian.

Dimana gelembung-gelembung cinta itu masuk ke tubuh manusia sebagai wadahnya, semakin banyak gelembung-gelembung cinta itu merasuk ke dalam tubuh, maka semakin juga tubuh itu penuh cinta, apabila hanya sedikit gelembung-gelembung cinta itu masuk ke dalam tubuh, maka sedikit cinta juga yang tubuh itu punya, dan yang tersisa hanya ketiadaan cinta, sebab hanya bersama cinta tubuh memperoleh kuat, pikiran akan menjadi sehat dan langkah sederhana menjelma hebat, apalagi jika hati penuh cinta, apapun yang di terima akan di sambut terbuka, meski itu luka, akan di sambut semisal saat bahagia, tanpa ada rasa benci yang tersimpan di dalam dada, kemalangan hanya sekejab, dan kehilangan hanya sesaat, melainkan yang menjadi penyebab hati tidak sehat,  bukan sebab tidak siap, melainkan hati yang kemiskinan cinta.

Lantas bagaimana bisa gelembung-gelembung cinta itu terpanggil hadir, sebab tubuh itu sendiri yang menghadirkannya sebagai magnet teruntuk alam semesta, bukankah alam semesta hanyalah kaca untuk tubuh itu sendiri, di mana alam semesta hanya mengembalikan dari apa yang tubuh itu perlihatkan, seseorang akan memberi kepada kita sebanding apa yang kita berikan kepadanya, entah perihal baik maupun buruk, entah perihal cinta maupun benci, entah perihal maaf ataupun dendam, entah perihal kasih sayang ataupun kedengkian, entah perihal jodoh ataupun bodoh kita.

Anggap saja ini hanya teori gagalku, atau malah kesimpulan yang bisa di ambil hikmah untuk beberapa hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar