"Bagaimana dengan Satria Piningit?" Dia akhirnya akan menjadi Ratu Adil pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan atas kehendak Tuhan, karena di kerajaan manapun sebelum menjadi ratu pastilah menjadi kesatria dulu, Tuhan melatih kepekaan rasanya, mengasah hatinya hingga tajam dan memupuk dirinya dengan penderitaan, di mana dengan mengalami dan observasi secara langsung akan membuatnya bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, bisa peka terhadap sekitarnya, agar tidak tinggi hati dan semaunya sendiri ketika berkuasa.
King Arthur, Lancelot, Napoleon Bonaparte, Ken Arok, Karebet atau Joko tingkir, Joko Samudera, Bung Karno, Sri Krisna, Sri Rama, di mana jauh-jauh hari sebelum menjadi ratu adil berkelana meleburkan diri di rahimnya rakyat, banyak raja-raja dulu sangat arif dan bijaksana, karena pernah menjalani tapa ngluruk atau berkelana, dengan berkelana membuat mereka mengerti apa yang harus di lakukan ketika mendapatkan amanah, bisa melayani rakyat dengan segenap kemampuan dan kesungguhan hati, hukumnya tidak buta, kebijakannya tidak pincang, atau tajam ke bawah tumpul ke atas, karena mengerti apa yang harus di lakukan untuk rakyatnya, memahami apa yang di inginkan rakyatnya, dan tidak gamang dalam menjalankan kekuasaannya.
Apalagi di zaman milenial ini, di mana banyak pemimpin yang keblinger, karena kekuasaan di jadikan pemburuan harta, penciptaan nama dan penguasaan sumber daya, yang semestinya kodrat seorang pemimpin adalah pelayan, tugas pelayan adalah seluruh kepentingannya untuk tuannya, sedangkan tuannya pemimpin adalah rakyat, karena pemimpin di gaji oleh rakyat, tanpa rakyat pemimpin bukan siapa-siapa, bukan malah aji mumpung, mumpung berkuasa melakukan segala cara untuk melakukan apa saja, apalagi dengan mengatasnamakan pengabdian dan kemanusian.
Satria adalah seorang yang jantan, berani jujur di tengah kebohongan, tidak main keroyokan, tidak lari dari medan pertempuran. Pemberani, berani mengakui kekalahan, berani mengakui kesalahan dan tidak memutar balikan kenyataan karena hidup dalam kepengecutan, kokoh dalam pendirian bak batu karang yang tidak mudah terhantam gelombang, pendirian dalam melangkah di jalan yang benar, tetap menjadi orang baik dan bisa memuliakan sesamanya, bukan malah menjadi batang yang menjadi permainan gelombang, tidak mudah menyerah di medan pertempuran melawan takdirnya sendiri, ulet seulet pendaki gunung dalam mendaki ke puncak kehidupannya, tidak mudah putus asa menghadapi sebuah keadaan, meski tersulit sekalipun, tegas penuh dengan kelembutan dan kasih sayang
Sedangkan Piningit adalah keberadaannya di sembunyikan oleh Tuhan, di sembunyikan bukan berarti harus hidup di goa, atau kehidupannya berada di tengah hutan yang belum terendus oleh manusia, atau keberadaannya di langit, melainkan dia adalah seorang biasa seperti pada umumnya, hidup di tengah rakyat, berkumpul dengan rakyat, bergaul dengan rakyat hingga tidak ada yang tahu dan menyadari, bahwa dialah suatu hari yang tampil sebagai Satria piningit. Pemimpin sejati itu terlahir dari rahimnya rakyat, liat video Bung Karno bersama Ibu Ratna sari dewi, wawancara terakhirnya Bung Karno dengan Cindy Adams. "Siapa sukseksor itu?" Siapa saja bisa menjadi suksesor, dia akan tampil ketika waktunya telah tiba, dia muncul tiba-tiba dari rahimnya rakyat.
Sedikitnya ciri satria piningit adalah dewa berwujud manusia, berwajah Sri Krisna/ Govinda/Gopala/Achala/Bihari/Brajesh/Bali/Hari/Narayana/Vishnu/Gopal/Ananta/Dravin/Manohara/Yogi/Yadav/Sumedha/Shyam/Mayura/Mohana/Mahendra/Murali/Achala/Aditya/Ajanma/Ajaya/Danavendra dll( sangat tampan, ramah, muda8h bergaul, banyak teman dan suka bercanda/humor).
Berwatak Baladewa/ Kakrasana/Balarama: Tegas, keras hati tapi tidak keras perbuatannya, mudah naik darah tapi pemaaf dan arif bijaksana, memiliki sejata Trisula weda adalah Ilmu, Amal dan Iman, dia akan datang dari arah timur menuju barat, suka menggoda, bisa meramal dalam artian weroh sang durunge winarah(mengetahui dulu apa yang orang lain belum ketahui), bisa membaca pikiran orang lain, musuh yang memusuhinya tanpa di balas dengan memusuhi akan jatuh sendiri, dia hidup melebur bersama rakyat, sampai rakyat tidak tahu itulah yang bakal menjadi pemimpinya.
Tidak lain itu juga hanyalah MITOS, liat saja pada kenyataan yang ada, bahwa ada pemimpin tidak ada pemimpin sama saja, nasib kita di tangan kita sendiri yang berjuang, pemimpin bukan Tuhan, tidak bisa mengubah nasib siapapun, hanya saja kadang kebijakan yang di lakukan seorang pemimpin bisa membuat pengaruh dalam kehidupan rakyatnya. Jangan berharap pemimpin baik jika kita sebagai rakyat tidak mau memperbaiki diri, karena pemimpin yang baik terlahir dari rakyat yang baik, sebaliknya juga begitu! Pemimpin yang tidak baik terlahir dari rakyat yang kurang baik, maka lakukan kebaikan dengan sungguh-sungguh, jika sungguh-sungguh merindukan pemimpin yang baik, jangan sampai orang baik malas menjadi pemimpin karena melihat rakyatnya berkepala batu, lalu orang-orang yang tidak baik menjadi pemimpin, jadilah sekumpulan kepala batu.
Tidak lain yang ada hanya sebuah kepentingan, tidak ada lagi otak yang mengarah ke rakyat, jikalau ada hanya basa basi semata, tidak ada impact nyata, semua hanya mementingkan diri sendiri, golongannya dan siapa yang lebih menguntungkan itu yang lebih di utamakan, otaknya hanya mencari keberuntungan dan keuntungan, semua hanya memikirkan diri sendiri, bukan karena rakyatnya bodoh atau mudah di bodohi, karena rakyat sekarang juga sudah semakin pandai, tapi karena kepandaian itulah juga jadi kepala batu, munculan pemimpin yang berkepala batu, karena melihat rakyatnya kepala batu dan pemimpin yang di pilihnya memperlihatkan watak aslinya yang juga kepala batu, jadilah sesama kepala batu yang berbenturan, saling membenturkan kepala batunya dan tidak ada kesadaran berbangsa lagi di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar