Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Minggu, 13 Oktober 2019

Dunia Adalah Aksi Reaksi

Dunia adalah aksi reaksi, apa yang engkau berikan kepada orang lain, itulah yang orang lain akan berikan kepadamu, bahkan engkau bisa mendapatkan lebih daripada itu, jikalau engkau memberikan kebaikan kepadanya, sama halnya engkau telah menanam kebaikan di dalam tubuhnya, seiring berjalannya waktu kebaikan itu semakin tumbuh, dan akan bisa memanen setiap kebaikan yang engkau telah tanam.

Sebaliknya, jika engkau menanam keburukan di dalam tubuhnya, maka engkau juga akan memanen keburukan dari tubuh itu, sebab setiap tubuh berkembang melalui apa yang dia dapatkan, dari setelahnya melihat, dari setelah membaca, dari setelahnya mendengar, dari setelahnya menilai, dari setelahnya menggali, dari setelahnya mengalami, dari setelahnya menelisik kembali, dari setelahnya menerima, dari setelahnya merasakan, dari setelahnya melaui serentetan pengalaman, dari setelahnya melalui perjalanan hidup, dari setelahnya mendapatkan kehidupan, dan dari setelahnya memperoleh perlakuan.

Tidak ada hukum tetap dalam kebaikan, sekalipun keburukan atau kepastian mutlak menghukumi seseorang, dan sesungguhnya tidak ada seorangpun yang layak dalam menentukan hukum, di mana kebanyakan manusia hanya mampu menentukan hukum praktis, bahkan tubuhnya melakukan perbuatan tanpa melalui penelaahan dan penalaran sama sekali, tanpa ada kemauan pikiran melakukan kontrol pada diri dan memberikan kendali, hanya sebatas kemampuannya sebagai manusia, dan jauh daripada itu. "Apakah kita sudah menjadi manusia?"

Hanya sampai ke periferisnya saja atau hanya sejauh mata memandang, sejauh kemampuannya mendengarkan, sejauh kemampuannya menilai, dan sebatas kemampuannya mengamati persoalan, atau hanya sebatas menilai dari penampilan seseorang, banyak sekali perbedaan bukan dari perbuatan, melainkan dari segi pandangan instan atau penilaian praktis yang tergesa-gesa di tampilkan melalui perbuatan otomatis, atau ketika akal atau nalar dalam menangkap informasi dari luar dan terlalu cepat di kembalikan dengan perbuatan liar. Dan dari situ dapat di nilai sejauh apa kualitas akalnya dalam menangkap informasi.

Orang baik akan tetap baik, meski mendapatkan perlakuan yang tidak baik akan tetap baik, meski di perlakukan tidak baik akan tetap baik, meski terluka akan tetap baik, ketika di lukai akan membalas kebaikan dan tetap baik, meski tersakiti akan tetap baik. Hanya saja seorang terlihat jahat belum tentu sebenarnya jahat, mungkin dia sadar sudah harus mengubah sikapnya, mengubah cara berpikirnya, dan mengubah cara bertindaknya, seolah perubahan itu menjadi bom atom bagi sebagian orang yang tidak menginginkan perubahan tersebut. Atau orang terlihat jahat bukan berarti jahat, sebab jika dekat lebih banyak mudzorotnya, dosanya,bisa menimbulkan salah paham dan dengki hingga fitnah, maka lebih memilih untuk menjauh.

Sebab memang manusia sejatinya di ciptakan dari instrumen  kebaikan, terlahir dari rahim yang baik, dan tujuannya untuk kebaikan. Meski kadang untuk mencapai kebaikan itu sendiri tidak semua manusia terlihat berakhir baik, tapi jika di kembalikan lagi kepada pemilik daripada kebaikan itu sendiri, tidak ada yang bisa menentukan kebaikan seseorang kecuali pemiliknya, sebab yang  menanam, menumbuhkan dan mengakhiri kebaikan atau yang memiliki hak penuh menentukan dan menghukumi baik atau buruknya seseorang adalah pencipta instrumen itu sendiri.

Sedangkan anjing saja ada yang masuk surga, pelacur yang seumur hidupnya melakukan perbuatan yang di nilai maksiat oleh sesamanya saja ada yang masuk surga, pembunuh yang telah membunuh 100 orang yang di vonis neraka oleh sesamanya, tidak dapat di duga malah masuk surga, sebaliknya ulama besar yang tingkat keilmuannya tidak di ragukan lagi ada yang masuk neraka, semisal Azazil, qorun, barshisha yang akhir hayatnya di hinakan oleh Tuhan. Hanya Tuhan yang bisa menentukan segala apa saja yang di kehendaki, jika menghendaki menghinakan seorang yang mulia, atau sebaliknya memuliakan seorang yang hina. Jika menjadi kehendakNya maka akan terjadi.

Dan manusia juga hampir memiliki wewenang semisal Tuhan, tapi hanya sebatas di dunia, tidak lebih daripada itu, wewenang itu tumbuh dari perbuatan yang di tampilkannya, di mana bisa menciptakan perbuatan baik atau buruk teruntuk sesamanya, hingga kebanyakan manusia tidak menyadari atas perbuatannya sendiri, menciptakan pedang yang sangat tajam untuk menusuk jantungnya sendiri, untuk mengiris hatinya sendiri dan untuk melukai tubuhnya sendiri.

Gak nyadar apa yaaa?" Sesungguhnya, engkau sendiri yang menciptakan kejahatan itu, bahwa orang jahat engkau ciptakan dari kejahatan hati dan perbuatanmu sendiri, kejahatan ada sebab engkau sendiri yang menciptakannya, kebohongan ada sebab engkau sendiri yang menciptakannya, dan kerusakan ada sebab engkau sendiri yang menciptakannya, lalu "Mengapa engkau tidak mau bercermin?" malah menyalahkan ciptaanmu sendiri, sedangkan prilaku apapun dari ciptaanmu hadir sebab prilakumu sendiri  kepadanya.

Tubuh adalah tempat tinggal bagimu, apakah engkau telah merasakan nyaman tinggal dan menjadi pemilik tubuhmu?" Apakah engkau telah bersyukur atas tubuhmu?" Atau malah merubah tubuhmu menjadi seperti apa yang engkau mau, sebab tidak percaya diri atas tubuhmu sendiri, sama halnya ketika engkau mendapatkan lingkungan dan seseorang yang ingin engkau jadikan tempat tinggal, tempat untuk menemukan damai, tempat untuk membangun komunikasi, dan tempat untuk melakukan segala interaksi.

 "Apakah sudah membuatmu nyaman?" Jika telah menemukan, bersyukurlah, jika belum menemukan, temukan tanpa harus memaksakan diri, sebab manusia adalah alat daripada sistem pentakdiran Tuhan, apapun yang terjadi pada hidup kita, semua ada dalam kendaliNya, semisal akupun juga masih terus belajar mengikuti jalannya takdir, senantiasa belajar tidak menolak, sebab kehidupan adalah reaksi alami, kebanyakan dari kesedihan yang tidak berujung sebab menolak, tidak terima, terus memikirkan dan senantiasa mempersoalkannya, itulah yang seringkali di alami oleh manusia. Tetap percaya, bahwa seiring berjalannya waktu, pasti akan menemukan tempat tinggal yang nyaman untuk di huni, jangan mengikuti hasrat, sebab tidak akan pernah memberikan kedamaian pada hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar