Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Jumat, 04 Oktober 2019

Sekawanan Filosofi Politik

1. Yang koalisi permanen saja bisa pecah, apalagi yang koalisi-koalisian. Tidak pernah ada hukum tetap dalam politik. Dan hanya ada dua tujuan dalam berpolitik. Pertama Kepentingan. Dan yang kedua siapa yang lebih menguntungkan itu yang lebih di utamakan.

2. Bangsa kita bukan hanya krisis kepemimpinan, melainkan juga krisis guru bangsa yang bisa di jadikan panutan semisal H.O.S Cokroaminoto, dan juga krisis orang-orang biasa yang berjiwa luar biasa.

3. Tanpa menentukan pilihan, sebenarnya sudah menentukan pilihan.

4. Penguasa bisa memenjarakan atau membunuh lawan politik atau musuhnya, tapi tidak dengan pemikirannya. Karena yang terpenjara atau yang terbunuh hanya tubuhnya, bukan pemikirannya.

5. Jadi pemimpin itu tidak usah punya niat untuk memajukan bangsamu, nanti kamu akan marah-marah jika melihat bangsamu tidak maju-maju. Dan nanti niat baikmu jadi hilang, yang terpenting kamu berusaha sebaik mungkin menjadi pemimpin yang baik dan benar.

6. Apakah iman kita berada pada area yang stabil ? Atau justru ada dalam area yang bahaya? Apakah sudah tepat sasarankah cara berpatisipasi politik kita di hari ini?

7. Ambisi akan selalu menumbalkan korban, tidak menutup kemungkinan juga diri sendiri!

8. Moral yang cidera sampai kapanpun tidak akan bisa menguasai jiwa yang sehat.

9. Aku tak habis pikir, semua pada berlomba-lomba membeli dan berebut kursi, padahal kuyakin di rumahnya masing-masing sudah banyak kursi🤔

10. Kami tidak berbicara kotor, melainkan kami sedang mengeluarkan kotoran dari dalam tubuh.

11. Adakalanya seseorang itu menang tapi tidak beruntung. Dan juga banyak orang beruntung yang tidak perlu harus jadi pemenang.

12. Memiliki cangkir yang sama, belum tentu isinya seselera, tapi bisa duduk semeja dan bercengkerama bersama, semestinya itulah yang utama. "Bisa saling mengisi dan melengkapi."

13. Setiap hari kita bertempur habis-habisan guna meraih mimpi-mimpi yang sejatinya tidak akan pernah kita miliki. Dan kehidupan nyata yang jelas menanti kita malah seringkali kita lupa.

14. Siapapun yang memiliki kedudukan tertinggi pasti kedudukannya lebih rendah dari yang lebih tinggi lagi, perlu rendah hati. Karena sejatinya pemimpin dari lini apapun, termasuk presiden adalah pelayan. Dan dengan melayanilah akan bisa memimpin.

15.  Di dalam sebuah negara yang di penuhi kaum koruptor, seluruh rakyatnya adalah ahli sedekah.

16. Mungkin mereka yang benar-benar tulus berbakti telah mati, tetapi pikiran mereka hidup untuk selama-lamanya.

17. Sampai kapanpun kita tidak akan pernah memiliki kebenaran, apalagi kebenaran yang di sajikan sebagai barang dagangan.

18. Penguasa yang membuat peraturan seringkali akan berbenturan dengan penguasa yang suka melanggar aturan, kalau rakyat tidak tahu apa-apa. Bahkan malas untuk tahu, hanya menyaksikan saja tingkah polah mereka yang mirip anak TK.

19. Kalau jurnalisnya sehat, maka beritanya juga bakal sehat.

20. Kadang dealektika itu perlu, tapi lebih perlu lagi konkritnya. Bukan melulu abstrak terus. Politikus tanpa mental politik hanya akan menjadi benalu buat bangsanya. "Dana besar itu tidak masalah, asalkan jadi. Yang jadi masalah, kalau dananya sudah besar ndak jadi-jadi." Atau setelahnya jadi, hanya memikirkan ganti rugi dan kepentingannya sendiri.

21. Semestinya penjajah bukan hanya Belanda, jepang dan sekutu. Melainkan juga yang merebut bukan haknya. Siapa yang menguasai dengan cara-cara diktaktor dan anarkisme dialah penjajah. Dan siapa yang hanya mencari keuntungan demi dirinya sendiri dengan merugikan banyak jiwa, maka dialah kapitalis.

22. Menjadikan membaca sebagai budaya, sebab tidak ada pemimpin revolusioner yang tidak kutu buku.

23. Bagaimanapun bangsa kita menawan. Di mana sekarang negarawan menjadi pedagang. Di mana kebijakan di jadikan sebuah lahan. Di mana tanah air di jual belikan. Di mana-mana terjadi sengketa. "Karena apa?" Karena dulu kita butuh banyak orang gila untuk merdeka. Sekarang kebanyakkan orang gila jadi penguasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar