Aku tidak pernah percaya dengan yang namanya Ratu adil, setelah zaman kalabendu atau goro-goro dari sumpahnya Sabdo palon nawa genggong di alas purwo banyuwangi, atas anggapakan ketiada kesetiaan lagi dari Prabu Brawijaya 5(Bhre kertabhumi), lalu setelah itu sabdo palon nawa genggong mukso, sebelum mukso berkata bahwa 500 tahun lagi akan kembali, di mana agama nusantara juga akan kembali ke Budha, yang di maksud Budha adalah budi, peringai yang baik, tidak perlu menjaga nama baik, jika perbuatan seseorang baik pasti namanya juga akan baik.
Memiliki kebijaksanaan berakal, orang baik pasti lurus hatinya, orang yang lurus hatinya pasti tidak suka membenar benarkan dan menyalah-nyalahkan siapapun, tidak mudah terprofokasi, ikut-ikutan dan senang membenarkan diri sendiri, tidak mudah patah kebaikan hatinya lalu menjadi seorang yang buruk, jahat dan kejam, sebab dendam menaun yang tersimpan di dalam dada, dendam terhadap kemiskinan, dendam terhadap masa lalu, dendam terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan, dendam terhadap keadaan, melainkan bisa memiliki kontrol diri yang tinggi, lalu meruwat dendam menjadi kebaikan dan untuk meraih masa depan.
Atau ramalan dari wangsit Siliwangi(Pamanah rasa)-> Sili artinya pengganti, Wangi adalah Nama raja sebelumnya, berarti Siliwangi adalah pengganti prabu wangi. Atau ramalan dari Jongko Joyoboyo, atau ramalan dari sastra Raden Ronggo warsito atau di balik rahasia NOTONOGORO. No: Seokarno, di mana karunia dan kemampuannya hanya sampai menjadikan Indonesia merdeka, sebab Soekarno adalah Soekarnoto, akhirnya Bung Karno sendiri harus menumbalkan dirinya demi mempertahankan Indonesia agar tetap bisa tumbuh, Bung Karno harus rela menjadi pupuk untuk pertumbunhan Bangsa Indonesia, mengalah demi tidak terjadinya perang saudara.
Setelah itu To adalah Soeharto, seorang pemimpin yang doyan harta, Seoharto...senang harto atau harta, hingga harta yang dikumpulkannya tujuh turunanpun tidak akan habis, biarpun Pak Harto di bilang senang sama harta, suka mengumpulkan harta, entah dari tempat dan arah mana, setidaknya masih lebih baik dari pemerintahan sekarang, sebab korupsi sekarang lebih mengkhawatirkan, dulu 50% ke kantong pribadi lalu 50% lagi ke rakyat, sebaliknya sekarang 99% ke golongannya lalu 1% ke rakyat, sebab itu kemajuan daripada bangsa indonesia agak terhambat, negara lain sudah menjadi apa, kita masih saja begini-begini saja, rakyat bangsa lain sudah merasakan manisnya hidup, sebab kebijakan yang mengena dan sampai ke masyarakatnya, bahkan pemerintahnya bukan hanya sebatas melakukan dukungan moril saja, melainkan juga memodali dan memfasilitasi rakyatnya agar mampu bangkit dari keterpurukan hidupnya, sebaliknya pemerintah kita malah sibuk ribut dan saling berebut sendiri, hingga impact keributan itu menjadikan rakyatnya saling curiga, saling tikam, dan baku hantam, bahkan sampai menumpahkan darah.
No adalah Susilo Bambang Yudhoyono, seorang pemimpin yang suka silo atau duduk bersila saja, padahal Bambang adalah seorang anak dewa atau keurunan dari trah priyayi yang semestinya memiliki daya empati sangat tinggi dan perasaan lebih halus dari orang biasa, melainkan hanya melihat tanpa memberikan impact lebih ketika bangsanya di luluhlantahkan oleh alam, ejekan dari luar dan kericuhan dari dalam, entah diamnya sebagai strategi cari aman, atau tahtik dalam berpolitik atau memang daya empatinya kurang, seutuhnya hanya selaku pribadinya yang paham, meskipun begitu bukan berarti SBY adalah pemimpin yang tidak meninggalkan suatu yang baik buat bangsanya, pasti ada kebaikan yang di tinggalkan untuk bangsa Indonesia.
Goro adalah goro-goro, di mana suatu musibah besar melanda sekencang bengisnya angin, entah sebagai konflik internal ataupun eksternal, bisa jadi pagi jadi kawan lalu sore jadi lawan, bisa jadi sebaliknya pagi jadi lawan sore jadi kawan, di mana isu menjadi senjata terampuh untuk meraih kemenangan, isu di goreng serenyah mungkin, hingga rakyat buta wacana dan berita, tidak bisa menilai lagi mana yang benar dan mana yang salah, kecuali semua hanyalah kepentingan, isu kecil di besar-besarkan, setelahnya besar isunya di alihkan, atau di ganti isu baru yang lebih menguntungkan, hingga perang senjata bukan apa-apa di bandingkan dengan perang isu, malah dari isu bisa menjadi konflik yang tidak terkendali, saling menumpahkan darah dan perang senjata, sebab perang isu semisal perang dingin, diam-diam bukan lagi menghayutkan, melainkan menenggelam, bukan lagi menusuk hati, melainkan langsung menikam jantung.
Di mana juga kata-kata lebih tajam dari senjata, hanya satu kata hoax saja bisa mengguncang kestabilitas sebuah negara, apalagi jika sampai jutaan kata-kata hoax, sebab kebohongan yang sering di ulang-ulang bisa menjadi sebuah kebenaran, apalagi jika kebenaran yang di yakini itu terlahir dari kebohongan, sekejab kebaikan yang di bangun menaunpun bisa lenyap, dan bisa membuat orang-orang yang awalnya baik, sebab tidak sanggup menahan kebaikannya lagi bisa kalap, di mana kemarahan orang baik dan sabar itu lebih bahaya daripada kemarahan orang yang sering marah, bisa di telisik dari daerah-daerah yang terlihat aman, damai dan tidak banyak polah, sekali tersulut amarah, kekejaman yang di timbulkan bukan hanya membuat pemerintah kebakaran jenggot, mengambil banyak nyawa, menumpahkan darah di mana-mana dan nama baik bangsa inipun menjadi taruhannya.
Setelah goro-goro seorang yang di tunggu akan muncul sebagai juru selamat untuk bangsa ini, walau Bung Karno sendiri pernah berkata:" Di mana akan tercipta dunia baru dengan penuh keadilan di bawah pimpinan ratu adil," itu semua hanya suatu pendamai hati, pembahagia telinga untuk membuat senang hati rakyat Indonesia saja, di mana harapan besar rakyat atas penderitaan berlarut-larut yang tidak segera menemui kesudahan, dan berujung pada kebahagiaan, Wahyu keprabon-pun juga hanya suatu mitos yang tidak perlu terlalu di tanggapi, walau sebenarnya hanya dua pemimpin yang memperoleh Wahyu keprabon tersebut( Bung Karno& Pak Harto melaui Bu Tien), lalu sesudahnya hanya wahyu anaknya tetanggaku saja, alias belum ada lagi yang memperolehnya. Atlantis juga sama, Lemuria apalagi, Bangsa ini tidak pernah menjadi bagian dari keduanya, lihat saja kenyataan, bahwa itu semua hanya sekedar "MITOS."
"Jangan menunggu ratu adil. Jadilah pemimpin yang adil maka kamu adalah ratu adil."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar