Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Sabtu, 05 Oktober 2019

Argumentasi Petualang

Seseorang yang memberanikan diri jauh-jauh meninggalkan keluarganya demi mencari ilmu dan pengetahuan, atau menjalani sebuah amal shaleh atau pekerjaan atau berkarya adalah sosok yang tangguh, ia berusaha menanam aset berharga sedini mungkin untuk masa depannya.

Ia berani mengambil keputusan dan tindakan yang anti mainstream, adalah elang yang berusaha menaiki tangga langit, mengepakkan kedua sayapnya untuk mengarungi dirgantara, terbakar matahari setiap hari, melintasi ruang waktu lalu barani berhadapan dengan angin dan berpeluk dingin.

Apalagi sosok tangguh tersebut adalah perempuan, tidak boleh di pandang sebelah mata, "harus di hargai dengan hati, di selami dengan hati dan di jaga dengan hati." Bukan malah di salah gunakan keberadaannya, di manfaatkan  dan di lecehkan. Melainkan, semestinya harus di pompa rasanya dengan tindakan nyata yang patriotik dan juga dengan lantunan doa yang heroik.

Berbagai persoalan di kampung  atau negeri orang menjadikannya sosok yang mandiri, tegak berdiri di atas kekuatan kakinya sendiri, kakinya sekuat baja, bahunya setangguh langit, dan hatinya setegar gunung.

Tidak menutup kemungkinan bahwa kerinduannya akan kampung halaman senantiasa menumbuk sekujur tubuhnya, meremuk perasaannya, menikam rasa akan rindunya pertemuan, berbekalkan tekad, dan bersenjatakan semangat, iapun melawan subuh, menghantam pagi, menahan siang dan bertahan kala malam.

Di mana kerinduannya pada orang-orang yang ia sayang, kerinduannya pada kenangan mampu di tepis walau terkadang air matanya gerimis, dan jatuh berlapis-lapis. Dan itu lumrah sebagai manusia, sebab rasa itu tak bisa terelakan oleh manusia dalam rupa dan wujud apapun.

Sekaya apapun, seberkuasa semisal apapun, segenius seperti apapun, bertitel seberapa banyak apapun, setinggi apapun pangkatnya, sehebat apapun daya kemampuannya, sekuat apapun dirinya tidak akan bisa menghindari atau kedudukannya akan setara ketika di hadapan kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan. Cuma yang membedakan di antara mereka adalah tidak inginnya di perbudak atau menjadi budak atas semua itu.

Sedih senang di jalaninya, suka duka ia rasakan dalam kerinduan, sebab manusia yang kuat bukan manusia yang tidak pernah terkalahkan oleh siapapun, melainkan mampu bangkit kembali setiap kali terjatuh, mampu mencoba kembali setiap kali gagal dan memperbaiki persoalan setiap kali melakukan kesalahan.

Pada saatnya panas dingin sebuah kehidupan akan menuntunnya pada pendewasaan. Sebab tidak semua persoalan, masalah atau polemik bisa di selesaikan dengan keputusan, tindakan langsung. Apalagi ketergesaan dan sifat gegabah, melainkan seiring berjalanannya waktu semua pertanyaan akan terjawab, seluruh persoalan akan terselesaikan dan seutuhnya kerinduan akan berwujud pertemuan yang agung.

Ini bukan lagi sebuah kelemahan tapi kekuatan yang menetas, daya kemampuan yang meretas, cahaya yang nyata mengartikulasikan hidup. Di dorong dengan keinginan luhur akan menjadikannya seorang yang dewasa dan mulia di kemudian hari, sebab di tempa oleh pandai yang tepat, waktu adalah guru terbaik bagi semua mahluk, dan doa adalah senjata terbaik sebagai bekal perjalanan hidup. Sebab doa adalah senjatanya orang iman.

Di mana jiwanya samudera adidaya, terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk, dadanya membentuk semisal samudera yang akan mampu menampung baik buruknya dunia. Dan otomatis seiring waktu kemanjaannyapun menjelma perkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar