Jikalau kita bicara sejarah, di mana yang kita akan temui hanyalah kebodohan kita sendiri, kadang kita terlalu sok pandai membaca wacana, padahal yang kita temui masih periferisnya semata, sejarah itu misteri seperti halnya hati perempuan, melainkan yang tahu pasti adalah pribadinya sendiri yang mengetahui, sebab dia adalah pelaku fakta dalam kehidupannya, dia adalah pelaku sejarah bagi kehidupannya sendiri, seutuhnya adalah aktor dari kehidupannya sendiri, dia yang tahu pasti sejarah hidupnya sendiri, sebab dia adalah pelaku utama yang memerankan sejarah hidupnya sendiri.
Jikalau kita bicara soal saling hujat, saling tikam, saling jegal, saling membegal, saling dengki, saling adu argumentasi, saling adu ideologi, hingga saling menumpahkan darah, bukan hanya dari hari ini, melainkan sejak zaman purba semua itu telah terjadi, hingga zaman Monarki Absolut hingga hari ini, atau malah jauh sebelum itu sudah terjadi. Di mana hal itu terjadi bukan hanya di kalangan penduduk bumi, melainkan juga di kalangan penduduk langit, pernah dari langit para Malaikat menghujat kaum bani israil sebab kekafiran mereka, menyembah berhala, berbuat kerusakan, belajar sihir untuk mencelakai orang lain, berpaling dari ajaran para Nabi dan menyelisihi perintah Tuhan yang di jatuhkan kepada mereka, ketika para Malaikat saling hujat dan adu argumen.
Lalu Tuhan datang di kalangan para Malaikat dan berkata:" Mengurus diri sendiri jauh lebih penting daripada merasa lebih pandai dari yang lain, jikalau kalian kuturunkan di kalangan bani israil dan kuberikan nafsu, tidak menutup kemungkinan kalian juga akan seperti mereka."
"Jika kalian tidak percaya, datangkanlah Malaikat yang paling alim dan sholeh dari kalangan kalian."
Lalu para Malaikat mendatangkan Harut dan Ma'rut, sebab dua Malaikat itu di anggap paling alim dan sholeh di antara para Malaikat yang lain, setelah itu Tuhan menurunkan mereka ke bumi dengan tubuh manusia yang di bekali sihir sebagai penjagaan dan di tanami nafsu di dalamnya, di mana tugas mereka menyanpaikan pesan Tuhan dan memberikan arahan agar tidak berlaku kafir dan bermain sihir lagi, ketika di tengah perjalanan mereka melihat perempuan cantik, dan kedua Malaikat tersebut terpikat oleh daya tarik perempuan itu, tapi perempuan itu tidak ingin di setubuhi.
Dan menawarkan pilihan kepada kedua Malaikat: Minum arak, menyembah berhala atau membunuh bayi, sebab minum arak di pikir adalah pilihan yang paling ringan dengan menanggung dosa teringan, lalu keduanya memilih untuk meminum arak, setelah keduanya mabuk berat dan tidak sadarkan diri, keduanya melakukan dosa untuk kesemuanya, ya mabuk, menyembah berhala, membunuh bayi. Dan mengajarkan sihir di kalangan bani israil. Di mana sihir yang semestinya sebagai penjagaan buat diri mereka malah mereka ajarkan ke kalangan bani israil.
Sebab perbuatan dzalim keduanya, Tuhan murka berat kepada keduanya, lalu mencabut seluruh sifat kemalaikatan keduanya, dan hendak menghukum keduanya dengan menawarkan dua hukuman; Pertama di gantung sejengkal di atas lautan hingga hari kiamat atau tinggal di dalam neraka untuk selama-lamanya, lalu mereka mengambil pilihan yang pertama, di gantung sejengkal di atas lautan hingga hari kiamat, sehingga mereka menyadari bahwa nafsu adalah suatu yang sangat bahaya, saat penciptaan nafsu sendiri pernah membuat Malaikat Jibril pusing bukan kepalang.
Di mana setelah Tuhan menciptakan nafsu, Tuhan memanggil Malaikat jibril dengan tujuan supaya membunuh nafsu, lalu Malaikat Jibril menaruh nafsu di tempat yang paling panas di alam semesta, dan nafsu tidak terbunuh, setelah itu Malaikat Jibril menempatkan nafsu di tempat yang paling dingin di alam semesta, dan nafsu tidak lekas terbunuh, sebab nafsu tidak mudah terbunuh, Malaikat Jibril pusing bukan kepalang, dan datang kepada Tuhan, menanyakan bagaimana cara membunuh nafsu, sebab di taruh di tempat yang paling panas dan paling dingin sekalipun nafsu tidak bisa di bunuh, lalu Tuhan memberi tahu bahwa nafsu hanya bisa di bunuh dengan membuatnyan kelaparan, oleh sebab itu jika manusia tidak bisa menahan nafsunya, di anjurkan untuk berpuasa.
Ketika dalam penciptaan Adampun juga begitu, jauh-jauh hari saat itu sudah ada peringatan dari Tuhan teruntuk penduduk langit, di mana saat Malaikat Malik dan Izroil melihat di pintu surga ada tulisan bahwa nanti hambaku yang sangat alim dan sholeh akan tinggal di neraka untuk selama-lamanya, seketika itu pesan yang tertulis di pintu surga membuat gelisah dan geger penduduk langit, lalu seluruh para Malaikat mendatangi Azazil sebagai pemimpin para Malaikat, memohon agar Azazil mendoakan seluruh Malaikat agar tidak sampai masuk ke dalam neraka sebab sebuah dosa yang di lakukan, dan Azazilpun mendoakan seluruh Malaikat, tapi lupa tidak mendoakan dirinya sendiri, lalu peristiwa penciptaan adampun terjadi, para Malaikatpun mempertanyakan penciptaan manusia tersebut dan bertanya kepada Tuhan," Apakah penting untuk menciptakan manusia sebagai penduduk bumi?" Mahluk yang hanya akan membuat kerusakan, lalu Tuhan menjawab pertanyaan para Malaikat, bahwa Aku Tuhan lebih mengetahui apa-apa yang engkau tidak ketahui wahai para Malaikat.
Dan setelah Adam selesai di ciptakan, para Malaikatpun di panggil dan di kumpulkan oleh Tuhan, termasuk Azazil sebagai pemimpin para Malaikat, saat pertama kali melihat Adam hati para Malaikatpun berkecamuk, bercampur aduk, ada takjub, khawatir, takut, bahkan besar harapan, lalu para Malaikat bertanya kepada Tuhan,
" Apa kelebihan adam sebagai manusia?"
Bahwa Adam lebih pandai dari apa yang engkau perkirakan, jawab Tuhan.
"Apakah engkau para Malaikat mengetahui nama-nama benda yang akan mengisi bumi?" Tanya Tuhan
Para Malaikatpun tidak ada yang bisa menjawab, sebab tidak mengetahui nama-nama benda tersebut, lalu Tuhan menanyakan kepada Adam nama-nama benda tersebut, dan Adam bisa menjawab pertanyaan Tuhan dengan sempurna.
Setelah itu para Malaikat berusaha memahami sikap Tuhan, sekaligus mengimani kehendak Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki pasti terjadi, lalu Tuhan meminta kepada para Malaikat untuk bersujud kepada Adam, sebagai bukti kepatuhan, penerimaan dan ketawadukan kepada Tuhan, sebab iman perlu bukti! Lalu seluruh para Malaikatpun mematuhi perintah Tuhan terkecuali Azazil, sebab Azazil melihat Adamnya, tidak melihat siapa yang memerintahkan, sebagaimanapun kelebihan adam sebagai manusia, Azazil tidak bisa menerimanya, sebab Azazil merasa lebih dulu tercipta, lebih dulu sebagai penghuni surga, lebih dulu memperoleh cinta kasih Tuhan, bahkan bisa di katakan bahwa Tuhan tega membuat kebohongan teruntuk dirinya yang setia, sekelas Azazil yang telah beribadah tanpa henti -+ 2000 tahun lamanya, sekejap keimanannya bisa tersungkur, apalagi kita sebagai manusia, "sebab apa?" Rasa cemburu dan dengki membutakan keimanannya sendiri.
"Hujan saja ada redanya, harusnya seorang yang di atas, bisa memilih jalan turun yang benar dan tidak tersungkur dari ketinggian!" Didi Petet
Lalu saat Tuhan melihat sikap Azazil yang berpaling dari perintahnya, seketika Tuhan murka bukan main, di kutuklah Azazil menyerupai hewan, dari peristiwa itulah Azazil di sebut sebagai Iblis(Seorang hamba yang berpaling dari perintah Tuhannya), sebagai penghuni neraka yang kekal dan di turunkan ke bumi sebagai penggoda bagi umat manusia, sebab sebelum di turunkan ke bumi Iblis meminta satu hal kepada Tuhan, agar di izinkan menggoda anak turun Adam sebagi penemannya kelak di neraka, dan hanya anak-anak Adam yang tidak pernah berpaling dari perintah Tuhannyalah yang selamat dari godaan Iblis. Jika saja Iblis mau menekan egonya yang tinggi, maka ia akan sampai pada pemahaman bahwa perintah Tuhan itu indah, sebab bersahaja, sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
Sesungguhnya, Iblis mendapatkan ampunan dari Tuhan, saat itu Iblis pernah datang kepada nabi Musa, lalu meminta tolong kepada nabi Musa untuk bicara kepada Tuhan, agar mau mengampuni perbuatan Iblis, nabi Musa pun menyanggupinya, setelah itu nabi musa berkomunikasi dengan Tuhan mengenai Iblis, Tuhanpun mengampuni Iblis, asalkan Iblis mau bersujud di makamnya Adam, setelah itu nabi Musa kembali menemui Iblis dan mengatakan apa adanya tentang kehendak Tuhan, di mana Tuhan akan mengampuni Iblis asalkan mau bersujud di makamnya Adam, dan Iblispun menolak perintah Tuhan untuk kedua kalinya sambil berkata. "Saat Adam masih hidup saja aku tidak sudi bersujud di hadapannya, apalagi sekarang harus bersujud di pemakamannya." Jawab Iblis
Meskipun perbuatan Iblis terlihat mungkar dan cukup di pandang buruk, tapi pernahkan ada yang berpikir bahwa Iblis adalah ahli ibadah yang belum pernah tertandingi kekhusukannya, kealimannya dan keshalehannya. Dan Iblis adalah seorang hamba yang ahli ibadah, belum ada mahluk lain yang bisa menyetarai keimanan Iblis, tidak luput Iblis di cap kafir oleh umat manusia, tapi adakah dari umat manusia yang mengecap Iblis memiliki daya karunia dan kemampuan ibadah yang menyamai Iblis, meski Iblis di nilai membelot dari perintah Tuhan, di cap kafir dan menjadi bahan hujatan umat manusia, kadar cinta Iblis kepada Tuhan tidak pernah berkurang sedikitpun, masih ibadah kepada Tuhan, masih takut kepada Tuhan, masih mengimani Tuhan, sebab Iblis tidak merasa pernah memiliki masalah dengan Tuhan, meskipun Iblis kecewa terhadap kehendak Tuhan, melainkan Iblis merasa memiliki masalah dengan manusia semenjak Adam di ciptakan, sejak itu juga Iblis berusaha menghancurkan umat manusia, di mana Iblis menganggap bahwa semua yang terjadi sebab keberadaan manusia. Dan Iblis juga merasa telah kehilangan cinta kasih Tuhan kepadanya. Dan tanpa di sadari siapapun yang berpaling dari perintah Tuhan adalah Iblis, sebab Iblis hanyalah sebutan.
Iblis dan kita kodratnya sama, sebagai alat Tuhan, mengapa sering kali kita jijik dengan iblis, mendengar nama Iblis saja kita enggan, padahal ibadah dan kepatuhan iblis lebih besar dari kita. Jangan-jangan kita hanya merasa lebih baik dan suci, padahal tidak sama sekali.
Ketika zaman setelahnya Rasulallah wafat, lalu kaum muslimin galau tentang siapa yang pantas menjadi pengganti Rasulallah, sebagian kalangan muslimin memilih Ali bin Abi Thalib sebab di anggap sebagai orang terdekatnya Rasulallah, sebagian lagi kaum muslimim memilih Abu Bakar As Sidiq sebab di anggap yang lebih layak, lalu dalam situasi yang semakin memanas dan genting tersebut, Umar Bin Khatab menengahi bahwa Abu Bakar As Sidiq yang lebih pantas sebagai pengganti Rasulallah, dan kaum muslimin pun sepakat dengan keputusan yang di ambil oleh Umar Bin Khatab, meski gejolak hati sebagian muslimin yang menolak hanya di simpannya di dalam dada, dan kenyataan pahit tersebut bergulir menjadi kenyataan ketika Umar Bin Khatab meninggal dunia, di mana zaman fitnah muncul ke permukaan, mulai dari Umar Bin Khatab sendiri di bunuh oleh orang munafik, hingga Ustman Bin Affan juga terbunuh oleh orang munafik, dan perselisihan ideologi itu benar-benar memuncak ketika Ali Bin Abi Thalib menjadi Khalifah.
Di mana munculah perang jamal, sesama orang iman saling mengangkat pedang dan menumpahkan darah, sengketa lama yang terpendam itu menetas ke luar, Aisyah yang di profokasi oleh orang-orang munafik, hingga masa lalupun terniang kembali di dalam kepalanya, sebab ketika Aisyah pernah di tuduh selingkuh dari Rasulallah, Ali Bin Abi Thalib menyarankan untuk menceraikan Aisyah, di tambah lagi sebagian kaum muslimin yang tidak menerima perihal kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib, memprofokasi kaum muslimin yang lain untuk oposisi dari pemerintahan Ali Bin Abi Thalib, membuat pemberontakan besar-besaran, hingga perangpun tidak bisa di hindari, antara kaum muslimin yang berpihak pada Ali Bin Abu Thalib dan kaum muslimin yang berpihak kepada Aisyah. Di mana Tuhanpun memiliki ribuan kemungkinan, sebab itu Tuhan mampu menyuguhkan kejutan yang tidak terduga di antara umat manusia, hingga manusia kacau dan terperangah menyaksikan kekonyolan Tuhan, sebab manusia hanya penghibur, dan manusia di ciptakan untuk menghibur, sedangkan Tuhan menghendaki manusia agar bisa menjadi penghibur yang baik.
Lalu masuk zaman monarki absolut, khusunya di nusantara, di mana sebab perbedaan ideologi, ego yang tinggi dan memiliki kepentingan yang tersembunyi, hampir seluruh kerajaan di nusantara sekarang hanya tersisa peninggalannya saja, adakalanya peninggalan itu di temukan dan di rawat, adakalanya di mana konflik politik di masa itu tidak membiarkan suatu kerajaan meninggalkan kenangan untuk generasi berikutnya, di mana sebuah kerajaan di hancurkan rata dan tanpa sisa, jikalau kita bahas mengenai zaman Majapahit, di mana konfliknya hampir sama dengan kejadian setelah merdeka. Sudah pasti ada yang mendengar nama Ranggalawe, "Siapakah Ranggalawe?" Ia adalah putera Arya Wiraraja, seorang yang di sepuhkan di Majapahit, seorang yang menyelamatkan Raden wijaya ketika di usir oleh raja Kertanegara, Ranggalawe adalah seorang yg memiliki andil dan jasa besar dalam terbentuknya Kerajaan Majapahit.
Ia adalah yang membantu Raden Wijaya membangun Majapahit, lalu akhirnya Ranggalawe di cap pemberontak dan di hukum mati, hingga dendam kusumat itu turun menurun, hingga membuat Arya Wiraraja keluar dari Majapahit, dan melawan Majapahit dengan tapa bisu atau tidak mau bicara hingga meletuslah pemberontakkan Rakuti dan Sadeng, itulah kekuasaan, selalu akan meminta tumbal, dan ada yang harus di tumbalkan ketika adu argumentasi tidak pernah berakhir damai, selisih pendapat yang semakin memanas, tidak ada kesadaran berbangsa, perbedaan ideologi tidak memiliki akhir, ada kepentingan yang jauh di muliakan, dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab mengambil keuntungan atas situasi tersebut, bahkan ada pihak luar yang ikut campur masuk ke dalam, hingga tidak lagi terlihat mana yang putih dan mana yang hitam.
Di zaman orba pun tidak kalah berbeda, Letkol Untung di anggap sebagai otak dari pembunuhan para jendral, padahal Letkol untung sendiri memiliki kedekatan khusus dengan Pak Harto, lalu hubungan itu kandas ketika kepentingan yang di Tuhankan, rasa kedekatan keduanya sekejab pecah dan hancur, letkol Untung semisal Ranggalawe, dan Pak Harto semisal Raden Wijaya, bukan hanya soal-soal sejarah kekuasan sampai di situ saja, semua saling mencari kesempatan agar bisa mengambil keuntungan dari sebuah kekuasaan, ketika semua ingin mengkudeta Bung Karno, lalu semua saling tikam hingga menumbalkan lebih dari 3 juta jiwa, lalu ada pihak-pihak tertentu hadir seolah menjadi pahlawan, kekuasaan hanya selalu soal permainan remi, "Siapa cepat dia dapat? "Siapa yang paling ulung mencari kesempatan?" Siapa yang paling cerdik membaca suasana?" Siapa yang ulet dalam tekanan? "Siapa yang licin dalam segi penyelinapan akan menang?" Jika kala itu para jendral yang menang dan salah satu mereka yang berkuasa, tidak menutup kemungkinan akan menyulitkan yang lainnya, bila dari pihak PKI yang menang dan salah satu mereka yang menjadi penguasa, tidak menutup kemungkinan akan mengintimidasi yang lainnya, akhirnya setelah melalui perselisihan panjang yang berujung kemenangan, adalah pihak Pak Harto, dan akhirnya mereka yang kalah harus rela terbantai.
Lalu kejadian di era roformasi juga tidak kalah sangar, di mana banyak pihak mengambil kesempatan dan keuntungan sebab adanya konflik internal di kalangan elit sendiri, hingga memakan korban jiwa, ada yang di bakar, ada yang di perkosa, ada yang di lecehkan hidupnya, hingga kepercayaan rakyat yang runtuhpun menggugat, situasi yang sudah terlajur miris, membuat Pak Harto terpojok dan di tambah lagi pihak-pihak yang sengaja memojokan, lalu secara terpaksa dan rela membuat Pak Harto harus melepaskan jabatannya sebagai Presiden, haruskah hari ini kejadian kelam itu terulang, di mana sebab konflik di kalangan para elit sendiri membuat rakyat harus terbangun dari kuburnya, sebab kebijakan yang tidak relevan dan transparan, membuat mahasiswa menggeliat, lalu pertumpahan darah tidak terhindar lagi, di mana kebijakan kurang cakap pemerintah membuat kstabilan negara cacat, atau adanya kepentingan tertentu di kalangan para elit, haruskah membuat rakyatnya sendiri berkelahi, saling tikam dan baku hantam hingga menumpahkan darah, padahal mereka adalah anak dari ibunya, ayah dari anaknya, suami dari istrinya yang senantiasa menanti kabar baik, bukan lantas kabar buruk yang masuk ke dalam rumahnya, jika saja pemerintah mampu menekan egonya, maka akan sampai pada pemahaman bahwa di atas seluruh kepentingan, bukankah kepentingan rakyat yang utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar