Kita dapat menyadari bahwa rakyat daripada bangsa Indonesia memang religius, sudah dari nenek-nenek moyang dahulu, tidak dapat di pungkiri religius sudah melekat kuat di hati, jauh-jauh hari sebelum islam datang sudah religius.
Semisal agama aslinya dari para leluhur indonesia, ada Sunda wiwitan(Sunda), Kejawen(Jawa), merapu(Sumba), Buhun(Sunda), Kaharingan(Kalimantan), Ugamo malim(Batak, Toba), Tolotang(Kalimantan), Madrais(Jawa Sunda) dll.
Kemudian datang Hindu Budha, di susul Islam Kristen Konghuchu dll, "apa yang di maksud religius?" Perilaku patuh taat dalam melaksanakan ajaran agama yang di peluknya, bisa bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain, serta bisa menjalin hubungan baik antar agama. Pertanyaanya, "apakah kita sudah religius?"
Kemudian apa Profesional : "Kepandaian untuk menjalankannya, sudah jelaskan, banyak yang religius tapi tidak profesional, "kenapa bisa?" Buktinya perbedaan dalam memeluk agama sering kali riskan dengan gesekan, kemudian terjadilah kontradiksi mendalam, pertikaian, perselisihan, permusuhan, saling cela dan menghina dll.
Padahal jikalau bisa menyadari konflik adalah kesempatan musuh atau memberi ruang musuh untuk masuk, menyerang dan mencari keuntungan di dalamnya, berarti sedang memberikan peluang musuh untuk menang, "musuhnya siapa?" Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab baik external maupun internal , dan "siapa yang bekerja untuk perpecahan berarti sedang bekerja untuk musuh?"
Dan yang harus lebih di sadari lagi bahwa Indonesia tidak berazaskan pada agama tertentu, melainkan mutlak pancasila, seadangkan seburuk- buruknya perang adalah perang saudara.
Example: ketika Bung Karno hendak di kudeta paksa dengan cara sabotase politik, sesunggunya bisa melawan, dengan terbelahnya tubuh TNI menjadi dua bagian, satu bagian pro Bung Karno dan satu bagian lagi pro Pak Harto.
Tapi apa jawaban Bung Karno : "Biar saja aku yang mengalah, biar saja aku yang tenggelam, aku rela tenggelam untuk Indonesia, asalkan tidak sampai terjadi perang saudara, karena konflik adalah kesempatan musuh untuk menyerang, dan musuh akan mengambil peluang dari terjadinya konflik."
"Bung Karno tidak rela Bangsa Indonesia terpecah belah." Kemudian apa gunanya hakekat hidup kalau hanya di habiskan dalam kebencian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar