Allah senantiasa murni, suci dan tidak tersentuh dosa, sebaliknya hamba melakukan apa yang semestinya? Apa yang perlu di lakukan? Apa yang seharusnya? Apa yang di wajibkan? Dan apa yang harus di lakukan?
Lebih baik manusia yang merasa penuh dosa dan rasa bersalah daripada manusia yang merasa tidak pernah melakukan kesalahan, karena dia pasti tidak tahu cara memperbaiki diri dan akan merasa paling benar sendiri.
Dan penampilan sama sekali tidak bisa menjamin hidup manusia, surga seseorang. Dan berkurangnya rasa sayang, melainkan jaminan untuk itu semua terletak pada niat baik dan kebaikan hatinya.
Apa yang buruk belum tentu buruk, sedangkan apa yang baik belum tentu baik, karena baik dan buruk adalah soal selera. Dan tergantung dari bagaimana cara menyikapinya.
Apa yang baik di suatu tempat belum tentu baik di tempat lainnya, apa yang buruk di suatu tempat belum tentu buruk di tempat lainnya, setiap orang bisa berubah, setiap tempat memiliki aturan dan tradisi masing-masing.
Angka waktu setiap harinya sama, sebaliknya setiap orang bisa berubah setiap waktunya. Dan setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa menghargai perubahan dari yang lainnya.
Sebab hidup bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan hikmah.
Kita terlahir dengan membawa takdir masing-masing, setiap orang menjadi apa yang telah di persiapkan Allah untuk dirinya, Allah sebagai penyelenggara hidup. Siap tidak siap, segera atau tepat pada waktunya, cepat atau lambat setiap diri akan menjadi apa yang sesuai Allah kehendaki. Dan semua berhak atas takdirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar