Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Senin, 07 Oktober 2019

Perlunya Bersetubuh Dengan Akal

Betapa bahagianya mereka mendengar kabar kemerdekaan. Meski kemerdekaan itu hanya sekejab mereka rasakan, karena sehabis penjajahan model lama usai lalu mereka terjerembab kembali ke penjajahan model baru. Di mana penjajahan mendadani penampilannya dengan gaya baru, sehingga kebanyakan orang tidak menyadari tentang hal itu.

"Kalau dulu siapa kolonialismenya?" Dulu, dapat di lihat dengan seksama, terlihat jelas di depan mata, mereka menodongkan kekuasaan dan senjata untuk menguasi rakyat dan sumber daya suatu bangsa, dapat di kenali tanpa harus menemukan dulu "Siapa manusianya?" Secara terang-terangan mereka mengakui kekolonialismeannya, di mana pengkoloni mengaku  lebih hebat dari yang di kolonikan, bahwa yang di kolonikan harus tunduk dan patuh di atas kekuasaan pengkoloni, dengan  menginjak kelemahan dan harga diri suatu bangsa, lalu menggondol apa saja yang ada, untuk mencukupi keperluan dan menguasi suatu bangsa berdasarkan sistem mereka, merebut paksa, kerja paksa dan memaksakan kehendak mereka dengan sesuka hati mereka. Sedangkan koloni sekarang tidak melakukan kolonialismenya dengan terang-terangan, melainkan lebih mempercantik dirinya dengan mendandani diri, merias wajah, mengubah gaya penampilan kekinian untuk meyakinkan dunia bahwa mereka bukan koloni, di mana tujuan koloni adalah memindahkan kekayaan suatu bangsa ke bangsanya, memindahkan kekayaan dari kantong orang lain ke kantongnya, memindahkan kekayaan dari suatu tempat ke tempatnya dengan trik sulap melalui diplomatis politik, tidak lagi menggunakan kekerasan fisik, melainkan menggunakan tipuan yang eksentrik, perlahan tapi pasti.

"Siapa kapitalismenya?" Dulu, dengan jelas dapat di ketahui, sebab cara-cara mereka melakukan penghisapan dengan terang-terangan, cara mereka mengambil, cara mereka menjarah, cara mereka merampok, cara mereka mengeruk, cara mereka menguras, cara mereka mencabut, cara mereka merebut tidak dengan cara-cara yang tertutup. Di mana sistem ekonomi berada dalam genggaman mereka, lalu perdagangan, industri, bahan dan alat-alat industri di atas kendali mereka, secara tidak langsung mereka ingin menguasi pasar dunia dengan meraih keuntungan sebesar-besarnya, dan pemerintah atau rakyat suatu bangsa tidak bisa melakukan intervensi dengan mendapatkan keuntungan bersama, atau malah intervensi besar-besaran pemerintah untuk kepentingan dan mendulang keuntungan pribadi, suatu pandangan hidup yang di pandang hanya menginginkan keuntungan semata, bahkan kapitalis memiliki pengaruh dan andil besar dalam menentukan kebijakan suatu negara, mungkin kapitalis meningkatkan perdagangan global dan seiring itu juga meningkatkan kemiskinan global, menggambarkan bahwa kapitalis adalah sebagai tirani baru, di mana pertimpangan ekonomi benar-benar terlihat nyata. Sebab terjadinya kesenjangan ekonomi, lalu munculah perlawanan anti kapitalis korporasi di mana-mana, menciptakan banyak inkonsistensi dan kontradiksi eksternal, yang di nilai atas ketidakmampuannya memperhatikan dan menjamin kesejahteraan banyak orang, bahwa bangunan intelektual di anggap telah runtuh, kredibilitas di anggap telah jatuh dan integritas yang perlu di pertanyakan dengan meminta kaum kapitalis memprioritaskan kepentingan, keuntungan dan akumulasi modal untuk kebutuhan sosial masyarakat.

"Siapa borjuisnya?" Bisa di katakan mereka adalah orang-orang yang terlahir dari keluarga aristrokat, di mana biasanya memegang gelar warisan dan gelar spesifik, mereka memiliki tatanan sosial yang di anggap tinggi di kalangan masyarakat. Bisa di kata dari kalangan bangsawan atau sekarang memiliki pergeseran tapi masih dalam kedudukan yang tidak jauh beda, yaitu kalangan penguasa atau pengusaha besar. Mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari status mereka. Dan itulah seringkali yang menjadi pertentangan dari kelas bawah, ketika dalam melakukan kebijakan pincang ke bawah. Lalu munculah demo atau tuntutan dari kalangan buruh, bisa mengganggu jalannya perekonomian dan membuat sedikit meredupnya kestabilitasan sebuah negara.

"Siapa sektarianismenya?" Di mana sektarian muncul dari adanya pertentangan antara ideologi suatu kelompok, seperti perbedaan denominasi agama dan fraksi politik, sebab perbedaan ideologi tersebut lalu munculah konflik kekerasan religius dan intelektualitas politik. Semua konflik tersebut bisa berasal dari merasa sama-sama paling benar, merasa sama-sama paling unggul, merasa sama-sama saling berpengaruh dan memiliki pengaruh besar di masyarakat, lalu saling mengadu ego satu sama lain, meski terlihat mengatasnamakan iman dan kebenaran, padahal sesungguhnya iman dan kebenaran tidak membawa pada pertikaian dan kerusakan, melainkan tujuan iman dan kebenaran bukan untuk saling membenarkan diri masing-masing, tapi untuk membawa ke peradaban yang lebih beradab, agar memiliki nilai dan budi yang luhur, dari keluhuran budi tersebut agar tercapailah kedamaian beribadah dan dunia.

"Siapa hedonismenya?" Hedone dari bahasa Yunani yang artinya adalah kesenangan, di mana tujuan manusia adalah kesenangan, bahwa kebahagiaan hidup bisa tercapai jika menemukan kesenangan dalam hidup, jika di telisik kembali memang tidak ada yang keliru dalam memiliki kesenangan, sebab semua manusia pasti memerlukan hal itu, tapi kesenangan yang tidak merugikan orang lain, kesenangan yang tidak merusak hak orang lain, kesenangan yang tidak mengambil hak dan kesenangan orang lain. Di mana kesenangan yang bahaya adalah kesenangan yang membahayakan kehidupan orang lain, semisal kolonialisme, kapitalisme, neoliberalisme mencari kesenangan dengan mengambil, merugikan dan merusak hak orang lain. Demi memenuhi keperluan gaya hidup, keperluan hidupnya, keperluan bangsanya, keperluan memperkaya diri sendiri, keperluan dalam mencapai kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara untuk memperoleh kepuasan batin.

"Siapa komunismenya?" Di mana sampai hari ini banyak orang masih memiliki rasa traumatis yang mendalam dan takut jika mendengar istilah komunis, sebab keberhasilan orde baru membangun dan menanamkan doktrin ke dalam setiap isi kepala, bahwa komunis itu adalah teror, atheis dan berbahaya, padahal komunis bukanlah sebuah angkatan pemberontak, teroris atau di dalamnya di penuhi dengan manusia-manusia yang biadab, tidak beragama dan tidak berTuhan, melainkan adalah ideologi yang sama dengan Liberalisme,   Konservatisme, Fasisme, Sosialisme, Kapitalisme, Anarkisme, Demokrasi Islam, Demokrasi Kristen, Demokrasi Sosial, Feminisme, Gaulisme, Luxemburgisme, Nazisme, Komunitarianisme, Islamisme, Maoisme, Nasionalisme, Pancasila, Stanilisme. Bahwa ideologi lahir dari anggapan adanya ketimpangan atau ketidak relevannya sebuah sistem atau ideologi yang lainnya, lalu tumbuhlah perbedaan ideologi yang memunculkan sebuah konflik intelektualitas, argumentasi, dealektika hingga kekuatan fisik di antara penganut ideologi itu sendiri.

"Siapa neoliberalismenya?" Neoliberalisme merupakan paham yang memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas, di mana neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi dan intervensi militer. Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel pengelolaan perdagangan seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Sehingga kebijakan tidak sepenuhnya di peroleh dari hasil pemerintah sendiri, melainkan ada campur tangan yang tidak memiliki wewenang di dalamnya, sebab itu banyak kebijakan dari pemerintah terlihat pincang, tidak transparan, tidak relevan, tidak seutuhnya mengena di masyarakat, bahkan kebijakan berlaku buat masyarakat tapi tidak berlaku buat pembuat kebijakan itu sendiri. Dan  Neoliberalisme seringkali bertentangan dengan perdagangan adil, sebab menganggap bahwa apa yang mereka lakukan tidak lain hanya sebuah kompetisi dan persaingan, di mana harus ada yang menang dan kalah, ada yang untung dan rugi, ada yang berhasil dan gagal dalam sebuah ajang pertarungan dagang, dengan pembenaran yang mengacu pada kebebasan, dan yang terjadi adalah banyak kebebasan yang tidak terkendali dalam melakukan perdagangan, dan pemerintah memiliki peran atau tugas menciptakan lingkungan bebas sehingga modal dapat bergerak dengan baik, sehingga logika pasarlah yang berjaya di atas kehidupan publik, sebab neoliberalisme tidak mengistimewakan kesejahteraan umum, semangat neoliberalisme hanya memacu bahwa melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi, neoliberalisme menawarkan politik yang sederhana, sehingga pada titik tertentu politik tidak lagi mempunyai makna selain apa yang ditentukan oleh pasar dan pengusaha.

"Siapa fanatismenya?" Di mana dapat di katakan bahwa fanatisme ada ketertarikan terhadapa sesuatu secara berlebihan, sampai di luar batas kewajaran, atau melebihi batas kemampuannya sebagai manusia, sehingga seorang yang fanatisme bisa berlaku di luar kendali, tidak mampu mengontror dan mengendalikan diri, seorang fanatisme besar kemungkinan memiliki pola pikir yang sangat sulit di ubah, sebab apa yang menurutnya benar menjadi sesuatu yang di anggapnya benar sebagai kebenaran untuk dirinya sendiri. Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya, suatu pandangan tertentu dalam memahami sesuatu yang tidak ingin di gugat, dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan. Atau segala sesuatu di luar dirinya yang berlawanan dengan pola pikirnya, di mana kecenderungan sosial yang terlalu mendewakan seseorang atau menkultuskan sesuatu, sehingga apa yang di luar itu di anggap sebagai hal yang tidak wajar dan tidak masuk akal, atau bertentangan dengan kewajaran pola pikirnya, sehingga bisa berakibat fatal pada keperluan sosial, sebab lebih mempentingkan apa yang dianggapnya benar, dan di luar kebenarannya adalah segala hal yang salah, apalagi  jika mengutamakan nilai fanatismenya di banding nilai kemanusiaan yang mendasar, di mana semestinya manusia bisa memanusiakan manusia yang lainnya, bukan lantas sebab fanatisme akhirnya mengesampingkan kemanusiaan dan keperluan sosial sebagai manusia yang memiliki tingkat sosial yang tinggi, jikalau nilai fanatisme tetap di rawat dan di tingkatkan terus menerus bisa menimbulkan ujaran kebencian, hoax, saling menghujat, saling memfitnah,  keos, radikalisme dan konflik yang tidak terkendali dan tidak bisa di kendalikan, oleh sebab itu fanatik adalah hal yang sangat berbahaya dan fatal, dan tidak ada yang menjual obatnya kecuali kesadaran untuk kembali menjadi manusia yang seutuhnya.

"Siapa fasismenya?" Gerakan fasis termasuk adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik, di mana seluruh elemen di siapkan untuk menjadi benteng kokoh sebuah penjagaan untuk diri sendiri, orang lain hingga bangsanya, fasisme selalu membayangkan negara atau dirinya dalam keadaan bahaya dan musuh dimana-mana, bisa di katakan adalah prilaku kekhawatiran terhadap sesuatu yang sangat berlebihan, hingga menanamkan kepercayaan dan doktrin ideologi yang jangan pernah percaya siapapun, sebab siapapun yang engkau percaya tidak selamanya bisa memegang kepercayaan itu, akhirnya doktrin dan ideologi itu menjadi suatu kultur kekuasaan yang diktaktor, siapapun yang di anggap membahayakan harus di bumi hanguskan, siapapun yang di anggap penghalang harus di hancurkan, siapapun yang bisa menjadi ancaman harus di matikan, siapapun yang di cap profokasi harus di lenyapkan, siapapun yang di anggap melawan penguasa harus di tumpas habis sampai ke akar-akarnya. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan  untuk melakukan kekerasan dan berperang di perlukan, jika memang untuk menjaga bangsa  agar tetap kuat. Atau untuk mempertahankan kekuasaannya harus memiliki kendali penuh atas yang di kuasainya, dan demokrasi mati di dalam kekuasan fasis, tidak ada kata lawan sebab mulut benar-benar di bungkam, siapapun yang tidak mengikuti aturan sistem fasis maka harus siap menerima resikonya. Tapi, sekarang ideologi fasis bukan hanya hidup di dalam kekuasaan fasis, melainkan juga telah menyusup di dalam sebuah negara yang berideologikan demokrasi sekalipun, ideologinya demokrasi, sebaliknya cara menjalankan sistem kadang lebih terlihat kefasis-fasisan, sebab itu semua hanya ideologi, ideologi hanya sesuatu benda mati tanpa ada yang menjalankan, seperti apapun ideologi itu berjalan, semua kembali pada yang menjalankannya.

"Siapa oligarkinya?" Oligarki adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang penuh oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, di mana kelompok elit kecil ini memiliki peranan penting dan memegang kendali besar terhadap kelompoknya, entah di bedakan menurut kekayaan, keluarga atau militer, dan di mana para mendukung birokratisasinya saja yang dapat memegang jabatan pemerintahan, sisanya disingkirkan atau dibunuh dengan kejam. Di dalam sebuah bangsa yang berideologikan demokrasi sekalipun tidak luput terasuki sistem oligarki, meski tidak sekejam sistem oligarki yang sebenarnya, ketika salah satu kerabatnya menjadi penguasa, maka seluruh kerabatnya yang lain di tempatkan di dalam lini kekuasaannya, atau partisipannya di berikan wewenang dan ikut andil mendapatkan jabatan, atau setelah mendapatkan kemenangan dari pemilu, lalu bagi-bagi jabatan,  di mana politik juga termasuk bagian dari sosialis, bisa di bilang politik sosialis, sebab dalam peraihan kekuasaan tidak bisa tanpa oposisi, dukungan, partisipan dan harus bekerja bersama banyak orang, maka terseliplah bahasa wajar atau kurang wajar jika setelah pemilu usai dan memperoleh kemenangan, ada kalanya kebijakannya memihak, bagi-bagi jatah jabatan, bagi-bagi jatah proyek, bagi-bagi jatah  hasil suara dll.

"Siapa aristrokrasinya?" Aristrokasi adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada di tangan kelompok kecil, yang mendapat keistimewaan, hak istimewa, atau kelas yang berkuasa.Tapi, sering di susupi oleh kaum plutokrasi yang merupakan sistem pemerintahan yang mendasarkan suatu kekuasaan atas dasar kekayaan yang mereka miliki. Di mana hanya orang-orang kaya dan punya uang lebih yang bisa berkuasa, sedangkan yang tidak memiliki kekayaan tidak berpeluang menjadi penguasa, "mengapa orang kayapun masih ingin berkuasa?" Mungkin dengan uang seseorang bisa membeli apa pun yang di inginkannya, sebaliknya dengan kekuasaan seseorang mampu melakukan apapun sesuai keinginannya, sebab itulah orang yang sudah kayapun masih ingin berkuasa, mungkin untuk melebarkan lagi sayap bisnisnya, untuk mengumpulkan lagi segudang materi, untuk membeli sebuah harga diri, untuk memodali lagi egonya, untuk mencukupi keperluan seluruh gengsinya, bahkan aji mumpung, mumpung jadi penguasa, maka perlu memaksimalkan kekuasaannya untuk meraih apapun yang belum di dapatkannya, termasuk sebuah nama yang bisa di ingat untuk selama-lamanya, entah itu nama baik atau kurang baik dalam melakukan legistimasinya.

"Siapa taipanismenya?" Di mana taipan adalah karya agung Tuhan yang di berikan keistimewaan luar biasa soal keduniawian dan mendapatkan keberuntungan besar dari surga dunia, sebab mereka adalah orang-orang no wahid soal dunia, memiliki apa saja yang ada di dunia, bisa pergi ke manapun yang mereka mau tanpa harus berpikir untuk ambil pusing, sebab keistimewaan itulah mereka penguasa yang  sebenarnya di dunia ini, mampu mengendalikan sistem apapun, termasuk sistem di dalam pemerintahan, tanpa ada yang menyadari dan berpikir mereka termasuk dalang di balik sebuah kebijakan atau aturan dalam sebuah sistem, sebab perekonomian ada di dalam genggaman tangan mereka, hingga uang di seluruh dunia adalah buatan, milik, hak cipta dan hak paten mereka, jikalaupun mau melakukan inflasi besar-besaran, maka mereka mampu membuat bangkrut dan miskin sebuah negara, mereka di dominan sebagai penguasa dan pembesar pasar perekonomian dunia, dan telah merambah masuk ke dalam dunia politik, mereka mereka memiliki duplikat sebagai aktor yang memiliki peran penting mengatur pasar di dunia, termasuk perekonomian dunia ada dalam kendali dan genggaman mereka, dan mereka serupa dengan bentuk aslinya sebagai penguasa dan pengusaha, meskipuan diam, jangan di kata bahwa diam-diam kekuatan mereka tidak lagi menghujam hati, melainkan langsung menikam jantung. Dan semboyan mereka adalah masa depan dunia ada di tangan pengusaha.

Ketika seseorang memiliki kepentingan, tidak bisa di anggap enteng dan remeh, tidak bisa di nilai hanya dari periferisnya saja, sebab akan sulit membedakan "Siapa yang benar-benar baik?" Siapa yang tulus tanpa ada kepentingan terselung di dalamnya?" Siapa yang benar-benar memiliki jiwa patriotisme?" Siapa yang benar-benar konservatif?" Siapa yang hegemoninya tidak berkeperpihakan?" Siapa yang tidak bernepotisme dalam kebijakannya?" Siapa yang tulus dari rakyat, untuk rakyat dan kembali ke rakyat?" Tidak ada yang tahu.

Apalagi ketika sebuah negara mengadakan hajatan besar, maka isu politik benar-benar di goreng dan di rebus dengan signifikan. Penuh licik, tahtik dan intrik, bukan lagi saling adu argumentasi, melainkan saling menjatuhkan dan menyerang personalnya, dan tidak mengarah sama sekali pada persoalannya, sehingga menimbulkan perselisihan panjang, mendalam dan berdampak pada mereka yang tidak tahu apa-apa, yang satu ingin berkuasa, lalu yang satunya lagi berusaha mempertahankan kekuasaannya, melakukan retorika reaksinois, berdealektika aktratif  demi mempertahankan kekuasannya, "apakah hal tersebut mencerminkan seorang bapak bangsa atau founding father?" Seorang pemimpin yang sungguh-sungguh mencintai bangsanya, tidak ada sentimentil yang senantiasa bergelut di dalamnya, tidak ada saling berebut kekuasaan yang sejatinya hanya pepesan kosong. Mungkin mereka bisa membeli apapun, tapi mereka tidak akan pernah bisa membeli takdir Tuhan.

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."( Bung Karno)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar