Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Jumat, 04 Oktober 2019

Polemik Nonsequituristik

Tidak bisa di tampik bahwa revolusi akan selalu ada di sebuah bangsa, karena ketidakterimaan akan selalu ada untuk jiwa-jiwa manusia.

Sudah lahiriahnya manusia membawa fitrahnya masing-masing, dan fitrah yang kemungkinan besar yang di nilai negativitas sekalipun, meski begitu.... tidak seluruh tindakan yang di nilai negatif terlahir dari pikiran dan hati yang negatif. Begitu juga sebaliknya, tidak seluruh tindakan yang di nilai positif terlahir dari pikiran dan hati yang positif.

"Bagaimana bisa segala sesuatu itu terjadi?" sebab keadaan yang mendorongnya untuk berpikir dan mengambil tindakan, atau ada yang mengambil kesempatan di dalam keadaan yang terjadi, atau spontanitas yang teresekusi dari rencana lama yang terbengkelai, dan belum terealisai, atau lingkungan bergaulnya yang memberikan pengaruh dan konstribusi besar dalam dirinya.

Bahkan akhir-akhir ini bahasa pencucian otak sempat viral, mungkin itu sebagai cara efektif untuk menggerakan tubuh manusia secara pasif, massa, berkelompok dan terencana. Di mana tanpa di sadari doktrin itu di suntikan ke dalam isi kepala-kepala yang haus akan keingintahuan, jiwa-jiwa belia yang masih lapar akan penasaran. Dan parahnya kebanyakan yang di jadikan sasaran dan korban adalah anak-anak yang masih ingusan.

Ketika melihat atau menemui temperatur suhu politik yang di anggap tidak sesuai kadar normalnya, atau bisa di katakan dalam situasi suhu yang betegangan tinggi dan memanas. Seketika langsung main ikut ngayuh becak dengan membawa bahasa evolusi yang bertujuan menjadikan peradaban lebih baik, lebih berkembang dan lebih maju, meski kebanyakan hanya berhasil dalam mimpi.

Di mana mimpi yang telah mengorbankan banyak jiwa, malah ada jiwa-jiwa yang tak tahu apa-apa dan tak berdosa menjadi korban sebuah kepentingan. Sedangkan yang di atas sendiri santai-santai saja menyikapinya. Sungguh, fenomenologi atau realita kenyataan yang sanggup menyayat pikiran dan akal sehat kita, sebab kita di berikan pemandangan dan suguhan yang bisa merobek dimensi naturalistik hati yang murni.

Tidak menutup kemungkinan, mungkin revolusi bisa menjadi penempa dan tenaga pendorong untuk kemajuan sebuah bangsa, sebab peradaban berkembang dan memperoleh kemajuan hanya dari konflik. Tapi, pasti ada nilai yang harus di tawar, dan juga ada harga yang harus di bayar

Jika kembali ke titik awal memang tidak semua konflik juga berakhir baik, meski awalnya memiliki tujuan yang baik, karena kontradiksi yang ada di dalam internal atau eksternal sendiri, bahkan parahnya lagi itu lahir dari elemet elit politik sendiri, lalu konflik yang timbul ke permukaam bisa menjadi warisan konflik untuk generasi berikutnya. Dan seterusnya.

Sebab setiap generasi di manapun berada, mereka adalah pikiran yang terlahir meniru, di mana generasi sesudahnya akan meniru cara berpikir, cara bertindak, cara bekerja dan cara berdayaguna dari generasi sebelumnya.

Pertanyaannya, "apakah revolusi bisa mengubah suatu bangsa ke arah yang lebih baik?" Bisa, tapi kemungkinan tidak signifikan, bisa di pungut dari sejarah revolusi di dunia, setiap negara yang melakukan revolusi, pasti akan melahirkan lagi revolusi berikutnya, "sebab apa?" Sebab manusia tidak pernah ada puasnya.

Sebuah bangsa tidak akan hancur dengan 10, 100, 1000, 10000, 100000, 1000000, 10. 000000, 100. 000000, bahkan 1. 000000000 pengemis dan fakir miskin, melainkan akan hancur dengan 1 orang serakah yang tidak ada obatnya, belum lagi kalau ada fanatisme akut yang menimbulkan kontradiksi besar-besaran di dalam external maupun internal.

Sederhananya dalam konsentrasi ilmu politik revolusi adalah "Politikus tanpa memiliki jiwa politik hanya akan menjadi benalu buat bangsanya sendiri." Dan dalam filsafat revolusi adalah "tidak menerima sesuatu yang jauh dari kesucian." Dan dalam berTuhan revolusi adalah" bisa memperbaiki diri dan berendah hati."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar