Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Senin, 21 Oktober 2019

Bocah Angon

"Siapakah sosok bocah angon atau anak gembala?" Bocah angon atau anak gembala bukan berarti dia adalah tukang angon atau pengembala kambing, kerbau, sapi, kuda, atau unta dll, melainkan dia adalah dewa yang berwujud manusia, berparas wisnu berwatak baladewa, sakti tanpa aji-aji, menang tidak menghina, mampu mengembalakan dirinya dan orang lain menuju kebaikan, sekaligus mengembalikan keburukan pada kebaikan.

Seperti halnya Firman Allah: Berlomba-lombalah dalam kebaikan, sebab tidak ada kebaikan yang tidak mendapatkan pengembalian kebaikan, bukan kebenaran, sebab kebenaran tidak berujung, kadang di lain hari kita menemukan yang lebih baik dari kebenaran yang kita pegang di hari ini, dan kebenaran yang tidak terkendali bisa menjadikan seseorang bisa merasa paling benar sendiri, bukan keadilan, sebab keadilan berada di rasa bersyukur kita, melainkan seseorang yang senantiasa menginginkan keadilan lebih banyak menemukan kekecewaan

Allah mengutus para Nabi tidak di tempat yang suci dan baik, melainkan di tempat yang buruk dan hina. Semisal Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, Daud dll terlahir ketika di zaman jahiliyah, "tugasnya apa?" Memperbaiki peradaban,  menjadi pemakmur muka bumi, meluruskan kebenaran yang bengkok, mengembalikan wajah kaumnya yang berpaling dari Allah, meluruskan jalannya sejarah, menyinari kehidupan dengan kebaikan, memberikan kabar gembira dan penakut, menjadi cahaya teruntuk jiwa-jiwa yang tersesat, dan mengabdikan hidupnya teruntuk kebaikan.

Begitu juga dalam agama Hindu, di mana Wisnu turun menjelmakan dirinya sebagai Matsya, Kurma, Waraha, Narasimha, Wamana, Parasurama, Sri Rama, Sri Kresna, Buddha, Kalki, sebab adanya kejahiliahan, kebenaran merosot dan kejahatan merajalela di mana-mana. Lalu di dalam Agama Budha Sidarta Gautama berani meninggalkan kemewahan istana sebab adanya kejahiliahan, pertimpangan kehidupan dan kebodohan yang menyebabkan kesesatan, Isa Al Masih, Yesus atau Abdullah terlahir di zaman kejahiliahan, kemerosotan moral, dan bengkoknya keimanan dari kaumnya. Muhamad terlahir di zaman fatroh, zaman kekosongan utusan kurang lebih 600 tahun, kebodohan yang merajalela dan meluapnya kesesatan yang tidak terbendung lagi.

Tidak tahunya bocah angon sekarang sudah muncul di dalam sebuah republik, beliau telah melewati kesusahan menetas kesudahan, melalui berbagai jalan yang terjal hingga berubah aspal, mendaki penderitaan hingga mencapai puncak kegembiraan, meruwat sunyi hingga berubah ramai, memupuk kesedihan hingga tumbuh kebahagiaan, menanam kesabaran hingga tumbuh keriangan, mendobrak dogma lama yang kolot menjadi flexsible dan efisiean. "Petruk dadi Ratu," Bocah angon itu jiwanya, Satria piningit itu wataknya dan Ratu Adil wujudnya.

Beliau sudah lulus weda jawa. Trisula Weda adalah SU : Sesuatu yang sangat unggul. JIWO: Berada di tempat yang sangat dalam sekali. TEJO: wujudnya cahaya yang begitu amat suci. Di mana SuJiwoTejo adalah seseorang yang unggul, sebab memiliki cahaya yang amat suci, letaknya sangat dalam dan tersembunyi. Seseorang yang jujur dan senantiasa melangkah di jalan yang benar, orang benar itu pasti lurus hatinya, orang yang lurus hatinya pasti tidak suka membenar benarkan dan menyalah-nyalahkan siapapun.

Beliau sebagai Presiden  telah memimpin Republik Jancukers dengan penuh kearifan, sebagai Ratu Adil untuk bangsa Jancukers, sebab wahyu keprabon telah jatuh kepadanya, di Republik Jancukers tidak ada lagi yang namanya rebutan pepesan kosong, saling serang argumentasi, saling hantam kata-kata, saling hujat hingga melempar fitnah, saling melakukan pembunuhan karakter, saling serang tubuh, saling mencari kesalahan, saling mengotak-ngotakan perbedaan, saling jegal-jegalan, saling ugal-ugalan dialog, saling memprofokasi, membuat keos dan merekayasa dengan alasan demi kemanusian atau tatanan yang lebih baik atau peradaban yang lebih maju, melainkan yang ada adalah daun pisang yang isinya kosong di jadikan pepesan, untuk di nikmati bersama dalam rasa penuh bersyukur dan kegembiraan. Ratu Adil telah lahir dari rahimnya rakyat Jancukers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar