Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Kamis, 03 Oktober 2019

Persetubuhan Hikmah Yang Melahirkan Hikmah

Suatu hari, Syeikh Abu Yazid al-Busthami menyusuri jalan, dan tiba2 dari arah depan ada seekor anjing hitam berlari ke arahnya.

Awalnya beliau tenang saja, tp begitu si anjing mendekat, spontan beliau mengangkat jubah kebesarannya. Tindakannya adalah reflek dari seorang yang senantiasa menjaga kesucian agar selalu bisa dekat dengan Tuhannya. Beliau khawatir kalau jubahnya bersentuhan dengan anjing yg air liurnya najis itu.

Tapi betapa terkejutnya Beliau begitu mendengar si anjing hitam  tadi memprotes: “Tubuhku ini kering dan aku tidak melakukan kesalahan apa-apa!”

Mendengar suara si anjing hitam seperti itu. Seketika beliau terdiam memandangi heran si anjing. Belum selesai keheranan beliau, anjing hitam itu sudah meneruskan protesnya: “Jika pun engkau merasa terkena najis dariku, engkau tinggal membasuhnya 7 kali dengan air dan tanah, maka najis di tubuhmu itu akan hilang. Tapi jika engkau mengangkat gamismu  karena merasa dirimu lebih mulia, lantas menganggap diriku yg berwujud anjing ini najis dan hina, maka sesungguhnya najis yg berada di hatimu itu tidak akan bersih walau engkau basuh dengan air 7 samudera."

Syeikh Abu Yazid al-Busthami pun menyadari kekhilafannya. Lalu meminta maaf karena telah menghina sesama makhluk Tuhan yg dianggapnya lebih rendah. Lalu sebagai kompensasi atas sikapnya yg terkesan merendahkan, beliau mengajak si anjing tersebut untuk berjalan bersama. Tp justru si anjing kini menolak.

“Engkau tdk pantas untuk berjalan bersama denganku, apalagi menjadi sahabatku! Sebab, semua orang menolak kehadiranku, siapapun yang bertemu denganku akan melempariku dengan batu. Padahal aku juga sudah berserah diri pada penciptaku atas wujud ini. Sebaliknya, engkau disambut hangat dan diperlakukan sebagaimana raja. Padahal aku tidak pernah menyimpan sepotong tulang pun, sementara engkau masih memiliki sekarung gandum untuk makan esok hari!” kata si anjing hitam.

Sambil memandangi anjing yang beranjak pergi meninggalkannya, tidak terasa air mata beliau menetes, lalu berdoa dalam hati :"Ya Raab, untuk berjalan bersama seekor anjing saja hamba tidak pantas, bagaimana hamba bisa pantas berjalan denganMu, ampunilah hamba, dan sucikanlah najis di dalam hati ini."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar