Dalam konsentrasi ilmu filasafat, dan di pertegas lagi dalam konsentrasi ilmu politik sepakat, bahwa korupsi adalah menerima segala sesuatu yang jauh dari kesucian!
"Apakah maksudnya?" Bisa segala sesuatu yang haram, bisa segala sesuatu yang tidak sesuai sistem, bisa segala sesuatu yang tidak sesuai dengan fungsinya. Dan bisa segala sesuatu yang menyalahi hasil mufakat.
Jelas, bahwa menerima dan mengambil itu berbeda, kalau menerima namanya korupsi dan penerimanya namanya koruptor.
Lalu mengambil itu mencuri dan nama pengambilnya adalah maling. Karena devinisi korupsi dan koruptor semestinya harus di perjelas. Jangan sampai publik salah menangkap informasi.
Semestinya yang suka mengambil uang tanpa izin itu namanya bukan koruptor melainkan maling, kalau mengambilnya sekala berjamaah namanya merampok. Dan pengambilnya namanya rampok.
Kalau nilep uang namanya menipu dan penilepnya namanya penipu.
Kalau menerima uang suap baru korupsi dan penerimanya koruptor.
Bukan di seragamkan dalam penyebutan semuanya adalah koruptor. Karena jelas pasal dan UU narapidananya beda. Mesti semuanya miliki penyakit yang sama.
Penyakit kambuhan, "mengapa mereka bisa kambuhan?" Karena mereka telah merasakan manisnya hasil banyak tanpa adanya kerja keras dengan mengeluarkan keringat banyak.
"Dan pemicu terbesar incident itu adalah kepentingan, ada kepentingan yang menguntungkan. Dan keadaan mendukung, maka siapa dan apapun yang lebih menguntungkan itu yang akan lebih di utamakan. Memanfaatkan peluang jahat selagi memiliki kedudukan, menyalahgunakan wewenang, memanipulasi keadaan dll."
Sesungguhnya mereka adalah segerombolan penghianat nyata dan penjahat yang jelas meresahkan kestabilan negara, lebih meresahkan dari yang di kata preman jalanan, mulai dari tingkat bawah hingga yang paling teratas.
Dan merekalah sesungguhnya yang memberi tempat keberadaan maling, preman, perampok, begal, bajingan dll, karena sistem demokrasi tidak berfungsi, tersendat, yang semestinya dari rakyat, untuk rakyat, kembali ke rakyat hanya janji, kiasan, figura belaka.
Dan jangan salah! kalau di kata baik, tidak mustahil bahwa mereka dulunya adalah orang baik, dan kemungkinan besar juga jujur dan bekerja iklas, itu jauh sebelum mereka terpaku oleh sistem.
Oleh karena itu, jangan melihat apa yang mereka tawarkan ketika pemilu tiba, melainkan lihat jauh sebelumnya apa yang mereka telah lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar