Ketika orang yang tidak sekeyaninan atau sesuai dengan ideologinya lebih di pilih untuk memimpin, seharusnya yang merasa seideologi mengintropeksi diri dan memperbaiki hati kembali.
"Mengapa geopolitik dalam hal partisipasi politik tersebut bisa terjadi?" Jikalau dia merasa dirinya cerdas, seharusnya tidak memandang hanya sekedar dari periferisnya(kerak luarnya) semata, tapi sampai ke akar- akarnya.
Apalagi jikalau masuk dalam dunia filsafat, harus sering bertanya ke dalam dirinya sendiri sebagai bahan pertimbangan, komunikasi religius pada dirinya sendiri, dan bahan renungan untuk bisa di ambil sebagai ilmu hikmah.
Semisal : "Mengapa soal-soal itu bisa timbul?" "apa sebabnya?" Hal-hal yang seharusnya tidak terjadi "mengapa bisa terjadi?" Mengapa matahari bisa terbit dari barat padahal belum waktunya kiamat?" Dll.
Sebab dengan kemajuan zaman dan peradaban rakyat juga tidak bodoh, walau masih banyak juga yang di bodoh- bodohi, atau mau di bodohi oleh pihak yang akhirnya tidak mau bertanggung jawab.
Bagiku; ini telah masuk ke dalam ranah krisis kepemimpinan dan kepercayaan, rakyat sudah tidak lagi mau percaya atau telah menanggung kecewa terhadap pemimpinnya sendiri, sampai dia merasa sebab tidak ada lagi yang lebih baik, lebih baik memilih saja yang ada.
Walau sebenarnya tidak seideologi tidak masalah, yang penting bisa di percaya, dalam incident( incident dalam filsafat bermakna sifat kebetulan) tersebut, seharusnya yang seideologi malu, "mengapa yang tidak seideologi lebih di pilih?"
Seharusnya lebih mau mengintropeksi diri dan memperbaiki hati daripada hanya bisanya mengintimidasi dan hanya mampunya bicara saja, tapi tidak mampu menjadi pelaksana kata-kata.
Seharusnya malu bukan lantas malah belagu; merasa sudah paling mengerti, paling tahu, paling keren, paling benar, paling paham, paling pol padahal sama sekali 0(nol) besar.
Guru besar atau profesor dalam hal politik itu sebenarnya kaum papa, sebab mereka merasakan dampak langsung dari segala yang terjadi di sebuah negara, harusnya juga bisa menyadari.
Jikalau tidak ada rakyat; pemimpin, pemerintah hingga politikuspun akan kembali menjadi bukan siapa-siapa, mereka ada sebab adanya rakyat, ingatlah: bahwa menjadi pemimpin itu amanah dan berkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar