Setiap diri memiliki jalan teleologinya masing-masing. Karena setiap isi kepala memiliki ideologi yang tidak sama, ada yang idealis, ada yang setengah idealis, bahkan ada yang tidak memiliki idealis sama sekali.
Dan berhak menjalaninya dengan determinisme(determinisasi)atau kompatibilisme(kompatibilisasi). Menjalani hidupnya dengan batasan, entah aturan yang dia buat sendiri, atau aturan dari sistem sekitarnya, atau malah keterbatasan dari cara berpikirnya sendiri, lalu memiliki pengaruh besar dalam ruang geraknya.
Atau sebaliknya melangkah tanpa terbatasi, menggunakan kehendak bebasnya dalam berpikir, berinteraksi, berdayaguna, berkarya, berpenampilan, bersosial. Dan menentukan harga yang dia tawarkan pada dunia.
Tapi logos endiathetos adalah sebuah patokan yang harus tertancap sedalam-dalamnya sampai ke dasarnya jiwa yang terdalam. Karena sejatinya manusia terlahir dari rahim yang baik, terbungkus kebaikan, di beri kecukupan gizi kebaikan guna memenuhi keperluan hatinya.
Itulah imannere atau innermonolog manusiawinya manusia untuk bisa mencapai puncak uedaimonismenya. Dengan berdimensinya waktu kebutuhan pokok dalam hatinya meminta untuk di cukupi, setiap saat, setiap waktu.
Di mana jika melenceng dari tujuan Tuhan, maka hati akan berkontradiksi, lalu melakukan ambivalensi yang menggoncang seluruh tubuh manusia itu sendiri, di mana pertentangan di dalam hatinya itu yang akan memaksa tubuhnya untuk memutuskan sesuatu, melakukan sesuatu dan meminta tindakan yang pasti, semestinya.
Tapi, tidak semua kehendak hati itu bisa terlaksana dengan baik, ada yang mengalir dalam tindakan yang tepat, ada yang mengalir dalam tindakan yang belum tepat, ada yang mengalir dalam tindakan yang kurang tepat, bahkan ada juga yang tidak mengalirkan tindakan sama sekali.
Padahal, tidak mengambil tindakan sama halnya telah mengambil tindakan, karena hidup terus berjalan, dan waktu tidak peduli tentang hidup siapapun.
Karena perjalanan adalah teodisiNya Tuhan untuk menunjukkan arah mana yang layak untuk di tempuh oleh hambanya dalam menfilsafati hidup.
Sejatinya hidup bukanlah perjalanan akhir, melainkan perjalanan menuju kebangkitan kembali.
Tuhan juga tidak membutuhkan alasan atau pernyatakan logisme atau adikodrati apa untuk memprotes logosNya. " apapun yang terjadi adalah predestinasi Tuhan. Dan tidak semua manusia bagian dari alienasi!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar