Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Minggu, 20 Oktober 2019

Berlaku Sesuai Fitrah

Agama dan politik memang tidak bisa terpisahkan satu sama lain, tapi kedudukan ulama dan pemerintah harus sesuai dengan bakat atau jiwa atau fitrahnya masing-masing, sebab, setiap orang tidak bisa menduduki kodrat atau jiwa atau fitrahnya orang lain, biarpun bisa! Pasti akan menimbulkan polemik internal dan external(kurang adanya kecakapan pada dirinya), kemudian apa yang di lakukan tidak seutuhnya sesuai dengan passion yang terlahir dari hatinya(tidak sepenuh hati).

Kemudian timbulah determinisme( terbatas), ketidaksanggupannya sebagai pemimpin, tidak memiliki mental politik, tidak sanggup menekan egonya, kebijakannya tidak mengena ke rakyat, kebijakannya tidak sampai ke masyarakat, bahkan ada yang mengambil keuntungan dari wewenangnya. Ada alternatif lain yang bisa berbanding terbalik, Jikalau agama di jadikan imannere( menempatkan Tuhan hingga ke dasar hatinya yang terdalam dan sebagai pegangan hidup bukan profesi).

Semisal imam Nasai, Abi daud, Ibnu madjah, Tirmizdi, Bukhori, Muslim bisa melahirkan hadist-hadist besar, sebab sesuai passionnya. Atau mengerjakan apa yang di cintainya, melakukan sesuatu sesuai dengan hatinya, dan agama ada sebagai penengah, bukan malah memihak, atau ikut membela apa yang di anggap sesuai, kemudian menghardik apa yang tidal sesuai melalui ceramahnya, padahal agama adalah rahmat bagi seluruh alam, semestunya hadirnya menyejukan ketika dunia dalam keadaan carut makrut, mendamaikan kontradiksi yang hadir, bukan malah menghadirkan lebih besar kontradiksi lagi.

Jikalau Politik, sebenarnya setiap orang sejak lahir sudah berpolitik. Apa devinisi politik: Tujuan, ketika seseorang menghendaki sesuatu, dia sebenarnya sudah berpolitik, ketika bayi menangis dengan tujuan supaya ibunya mengerti, dia sebenarnya menginginkan air susu, itu sudah berpolitik(politik praktis), di mana tujuan itu semestinya membawa pada peradapan yang lebih indah, sampai pada pemahaman indah, sebab bersahaja, sederhana dan tidak berlebih-lebihan. Bisa memberikan kontribusi besar dan jalan keluar tanpa banyak bicara, bukan malah banyak bicara dan menyela tanpa memberikan jalan keluar sama sekali.

Politik itu sebenarnya baik, baik sekali, sebab sistem pasti di buat sebaik mungkin, tidak ada sistem yang di bangun ngasal, melainkan dengan daya kemampuan yang baik, ideologi yang mumpuni, pikiran yang cemerlang, pengalaman yang luar biasa dan wawasan yang menakjubkan, hanya fatalnya adalah banyak oknum yang menyalah gunakan sistem itu sesuai dengan kepentingannya masing-masing, itulah fatalnya. "Semua kembali lagi pada manusianya."

Zaman kenabian, kekhalifahan, hingga monarki absolut(kerajaan), dan ada juga sebagian utusan yang menjadi pejabat pemerintahan( Sulaiman, Daud, Yusuf"Gubernur mesir", Zulkarnaen dll) semua ikut adil dalam partisipasi politik, tapi tidak menyalahgunakan wewenang, tidak menyalah gunakan kebaikan, tidak aji mumpung dan menjalankan roda pemerintahan sesuai amanah dari Tuhannya.

Sedikit kisah tentang Bung Karno: ketika itu Bung Karno memiliki saudara seperguruan seorang ulama(Lubis Al Musawa, bukan nama sebenarnya melainkan julukkan, bukan juga orang batak, di namakan Lubis: Luar biasa, Al Musawa: karena banyak sawahnya, ketika itu Bung Karno di ajak H. Lubis berdakwah, kemudian Bung Karno menjawab: "Biarkan aku memperjuangkan bangsa ini menuju kemerdekaan, dan sampean perjuangkan agama untuk masa depan bangsa ini," jelaskan. Bisa berlaku sesuai fitrah dan jiwanya masing- masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar