Mengenai Saya

Mahluk asing yang di trasmigrasikan dari surga. Dan di selundupkan ke bumi melalui rahim ibu. Terlahir dari kolaborasi cinta, sinergi kasih sayang. Dan tumbuh menjadi pelaku pelecehan media sosial. Aku tidak pandai, tidak juga tampan, kebetulan saja Tuhan menyelundupkanku melalui rahim ibu. Dan di transmigrasikan ke bumi ini sebagai alat Tuhan. Sebagai alat agar sistem pentakdiran terus berjalan.

Rabu, 16 Oktober 2019

Tuhan Maha Mengetahui

Meskipun seseorang meminta dengan cara-cara yang kurang terpuji, atau bertanya kepada kita bertujuan buat menjebak, tetap berikanlah yang terbaik dari apa yang kita bisa, dan jawablah dengan sepenuh hati yang terbungkus dalam kejujujuran, seketika kita telah terberkati oleh cinta kasih dari Sang Maha Pengasih. Sebab tidak ada yang lebih baik dari memberikan yang terbaik, tetap menerapkan kebaikan dan melangkah di atas jalan kebaikan.

Dari kebaikan yang kita berikan, kita tidak pernah kehilangan apapun, meskipun sebagian manusia mengatakan kehilangan sesuatu, dan tidak akan mungkin kembali, sesungguhnya tidak ada yang hilang, jikalau kita iklas melepasnya, melainkan yang membuat kita merasa kehilangan, adalah kita senantiasa terus memikirkannya, dan yang bahaya adalah hanya memikirkan tanpa melakukan apa-apa, padahal setiap kehilangan itu adalah pengembalian, atau tidak ada satupun yang hilang, melainkan Tuhan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya, melalui berbagai cara yang sesuai Tuhan kehendaki.

Dan suatu hari yang terbaik akan hadir sepadan, atau malah mungkin lebih dari kebaikan-kebaikan yang kita terampilkan, sebab Tuhan lebih mengetahui mana yang terbaik buat kita, meski dalam keadaan kehilangan banyak dari kita tidak mampu menerimanya, sebab hati kita masih menolak dan enggan sepakat dengan apa yang terjadi, tapi jikalau kita mau menekan ego yang tinggi itu, maka kita akan bisa menemukan tujuan hidup.

Di mana kita pernah salah arah, pernah salah langkah, pernah berpaling dari panggilan hati, pernah berbohong kepada hati kecil kita sendiri, pernah terpelanting di jurang pesakitan, pernah mendekam di ruang kegelisahan, pernah hanya menuruti hasrat keinginan kita sendiri, dan kita tidak menemukan apapun di dalamnya, lalu kita menyadari harus mengubah cara berpikir kita, mengubah cara bertindak kita dan mengubah keadaan yang hanya menikam hati.

Tidak lain kehidupan adalah sebuah sistem yang telah di atur, kita tidak bisa melawan arus,   melawan jalannya takdir teruntuk kita, mungkin takdir bisa di rubah, tapi bukan Tuhan yang seutuhnya mengubah takdir kita, melainkan diri kita sendiri, Tuhan hanya sekedar melihat dan merestui dari apa yang kita lakukan, semua kembali kepada diri kita sebagai peran utamanya, mengikuti skenario yang Tuhan sudah tuliskan, atau kita mencari jalan sendiri, dan harus bertanggung jawab penuh dari apa yang kita lakukan tanpa bantuan Tuhan.

Tuhan tidak mengubah diri seseorang, selama seseorang itu tidak mengubah apa yang ada dalam dirinya sendiri, sedangkan untuk mengubah pemikiran Tuhan, tidak semudah membalik telapak tangan, sebab Tuhan perlu bukti nyata, dari kesungguhan hati dan tekad kita, tidak akan ada konstribusi Tuhan terhadap hidup kita, jika kita sendiri tidak melakukan tindakan nyata yang penuh dengan kesungguhan, sebab Tuhan tidak menilai hasil, melainkan usaha seseorang.

Setiap saat isi dada kita gaduh, kita bergelut dengan kehidupan, sampai kita merasa bahwa keadaan adalah musuh besar kita, tanpa kita mau menyadari bahwa musuh kita sebenarnya adalah diri kita sendiri, di mana ketika di tempat yang sepi, kita dalam keadaan sendiri dan tidak ada siapapun lagi, maka yang menjadi musuh besar kita adalah diri kita sendiri, kita akan berusaha melawan rasa khawatir, rasa takut dan rasa-rasa lain yang hadir tak terduga merasuk ke dalam dada kita.

Kita adalah monster teruntuk diri kita sendiri, sekaligus adalah Malaikat teruntuk diri kita sendiri, baik buruk yang kita tampilkan bukan sebab perlakuan baik buruk orang lain terhadap kita, melainkan sebab kita cenderung tidak mau menerima dan menekan ego kita sendiri, kita merasa bahwa tidak pantas di perlakukan buruk, padahal orang lain hanya mengembalikan apa yang kita berikan, jika kita menyuguhkan kebaikan maka orang lain akan mengembalikan kebaikan dari apa yang kita suguhkan, jika kita menampilkan keburukan melalui perbuatan tubuh kita, maka orang lain akan menghadiahi kita dengan keburukan yang sesuai apa yang kita tampilkan, meski tidak langsung dari orang yang kita perlakukan buruk, bisa perlakuan buruk kita di balas melalui orang yang berbeda.

Tuhan adalah tuan bagi kita, sedangkan kita adalah pelayan bagi tuan kita, tugas pelayan adalah melayani, di mana seluruh kepentingan pelayan hanya untuk Tuannya, jika Tuhan meminta kita untuk bersabar, tapi kita menolak permintaan Tuhan, berarti kita telah berpaling dari perintah Tuhan, padahal itu adalah hal yang sangat sederhana, dan mungkin kita lebih banyak melakukan hal di luar batas kemampuan kita sebagai manusia, oleh sebab itu kita tidak terberkati kedamaian, di mana hati kita hanya di penuhi dengan kegelisahan, dan  tanpa sengaja perbuatan itu telah menghancurkan kedamaian hati kita sendiri.

Senantiasa hidup kita berada di ujung tanduk, setiap saat sesuatu yang tidak terduga bisa terjadi, entah itu yang kita rasa sebagai musibah, atau malah yang kita rasakan adalah suatu berkah, di mana kadang apa yang kita tidak sukai malah di dekatkan, bahkan bisa jadi apa yang kita tidak sukai di hari ini menjadi suatu hal yang amat kita cintai di lain hari, oleh sebab itu jangan sampai kita mudah takjubpan, mudah terpesona dan tinggi hati, tetap biasa saja menyikapi segala sesuatunya, dan tetap rendah hati, sebab kita tidak pernah tahu apa yang Tuhan sedang rencanakan teruntuk hidup kita.

Kita hadir kedunia dalam keadaan tidak membawa apa-apa, melainkan tubuh yang telanjang, dan kita akan kembali dalam keadaan tidak membawa apa-apa dan dalam keadaan tubuh telanjang, sehingga kita perlu juga menyadari, jika sewaktu-waktu kita di panggil tidak juga masih membawa ego kita, agar ketika saatnya kita di panggil bisa dalam keadaan damai, sudah siap bahwa itu pasti akan terjadi, agar kita tidak pernah berpikir telah kehilangan dunia, melainkan akan memperoleh ganti yang jauh lebih baik dari dunia dan seisinya.

Kesenangan dunia memang bahaya, membuat seseorang selalu khawatir kehilangan, tidak ingin segera beranjak, dan ingin selalu terus berpijak, di mana kesenangan juga seringkali membuat kita ceroboh dan lalai, apalagi jika kita merasa memiliki kelebihan, pasti kita akan merasa lebih dari yang lain, sebab orang sombong adalah orang yang sedang di karuniakan kelebihan, jika sebaliknya tidak memiliki kelebihan tapi sombong, sebab hanya ingin terlihat lebih di hadapan yang lain, atau hanya tidak ingin kekurangannya terlihat di mata siapapun, dan itu penuh dengan tekanan, entah kesombongan itu dari kelebihannya, ataupun kekurangannya, pasti kehidupan kedua golongan itu tidak akan pernah menikmati kepuasan rasa damai, penuh tekanan, tertekan dan tidak memperoleh rasa nyaman.

Berkat hidup ada di dalam kerendahan hati, kedamaian hidup kita berada di dalam cara penerimaan kita, dan dasar pemikiran kita menentukan keduanya, jika pikiran kita tidak memiliki dasar yang positif, maka kita hanya akan merasakan bahwa kita adalah pemilik nasib sial, hidup kita selalu sial, kita di lahirkan hanya untuk kesialan, bahkan kita merasa hanya pembawa sial, padahal semua memerlukan proses, semua ada prosesnya, semua harus melalui proses, dan yang perlu kita pahami adalah; tidak ada pencapaian yang instan dan tidak ada juga hasil pencapaian yang abadi.

Mukzizat itu nyata, meskipun kita merasa tidak pernah atau belum pernah merasakan manisnya mukzizat dalam hidup kita, apalagi manisnya hidup, atau malah kita saja yang tidak pernah menyadari, atau seringkali tidak bersyukur atas apa yang kita terima, selalu meminta jauh lebih besar tanpa melakukan apa-apa, atau melakukan hal kecil tapi meminta hasil yang besar, bahkan tidak melakukan apa-apa tapi meminta hasil yang luar biasa, atau sudah melakukan dengan segenap tenaga, tapi tidak juga berujung pada hasil yang sesuai apa yang kita harapkan, apapun alasannya, Tuhan lebih tahu apa-apa yang tidak kita ketahui, dan tugas kita adalah terus berusaha hingga Tuhan memanggil kembali, batas berhenti dalam usaha kita adalah kematian, selama Tuhan masih memberikan kehidupan, pasti akan ada harapan, Tuhan tidak akan mungkin mendustakan firmannya sendiri, tidak akan mungkin mengkhianati kepercayaan dari hambanya, tidak akan mengingkari janjinya sendiri, sebab janji Tuhan adalah mukzizat kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar